Ekonomi

Stasiun Tanah Abang “Mendadak Raksasa” Setelah Rp 380 Miliar Pengerjaan Revitalisasi

Jakarta Pusat – Stasiun Tanah Abang kini berubah wajah secara signifikan. Revitalisasi besar-besaran senilai Rp 380 miliar telah menuntaskan tahap awal proyek pengembangan yang menjadikan stasiun tersebut sebagai salah satu hub kereta terbesar di ibu kota. Reformasi ini diresmikan oleh pemerintah di tengah upaya peningkatan layanan transportasi publik di wilayah Jabodetabek.

Transformasi Fisik dan Kapasitas

Proyek pengembangan Stasiun Tanah Abang dimulai dengan breaking-ground pada tanggal 30 April 2023, dengan alokasi anggaran awal sekitar Rp 380,93 miliar. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kapasitas penumpang harian dari sekitar 100.000 menjadi hingga 300.000 orang per hari — tiga kali lipat dari sebelumnya. Revitalisasi melibatkan pembangunan gedung stasiun baru, penambahan jalur dan peron, serta integrasi moda transportasi.

Menurut laporan, total investasi yang disebut di berita terbaru mencapai Rp 380 miliar — anggaran yang digunakan untuk menata ulang fasilitas, alur pergerakan penumpang, serta memperkuat konektivitas antarmoda seperti bus Transjakarta dan KRL.

Fitur Baru dan Peningkatan Pelayanan

Beberapa perubahan signifikan yang telah dilakukan antara lain:

  • Penambahan jalur kereta dari empat menjadi enam jalur, bersama pembangunan peron baru dan ruang tunggu yang lebih luas.
  • Area bangunan utama seluas ±12.000 meter persegi dengan dua lantai, lengkap fasilitas komersial, layanan disabilitas, dan integrasi moda transportasi.
  • Penataan ulang alur naik-turun penumpang agar lebih tertib, termasuk relokasi beberapa peron agar mobilitas lebih lancar.

Hasilnya: Stasiun Tanah Abang kini memiliki tampilan modern, dilengkapi skybridge dan ruang transit yang mendukung kenyamanan pengguna KRL dan moda lain di kawasan Jakarta Pusat.

Dampak bagi Pengguna Commuter

Bagi pengguna KRL dan moda transportasi lain yang melewati Tanah Abang, perubahan ini berarti:

  • Waktu tunggu dan antrean diperkirakan menurun karena kapasitas penumpang yang diperluas.
  • Kemudahan akses antar moda (kereta, bus, angkutan kota) yang lebih baik, memudahkan peralihan dari satu moda ke moda lainnya.
  • Suasana yang lebih tertata dan nyaman — terutama saat jam sibuk — karena alur penumpang yang diperjelas dan fasilitas baru yang tersedia.

Menhub dalam rilis sebelumnya menegaskan bahwa desain dan penataan ini harus mendukung Jakarta sebagai kawasan TOD (Transit Oriented Development) dan pusat mobilitas publik.

Tantangan dan Catatan ke Depan

Meski capaian awal sudah meningkatkan standar pelayanan, masih ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian:

  • Akses ke dan dari stasiun: Walau bangunan dalam sudah modern, kondisi jalan–termasuk akses kendaraan dan pejalan kaki di sekitar stasiun–masih memerlukan penyempurnaan.
  • Pencapaian target kapasitas: Mencapai 300.000 penumpang per hari membutuhkan manajemen operasional yang terus ditingkatkan, termasuk perawatan fasilitas dan monitoring pergerakan penumpang.
  • Integrasi antarmoda secara menyeluruh: Meski telah dibangun fasilitas, koordinasi antar moda (kereta, Transjakarta, mikrolet) masih harus diperkuat agar sesuai dengan harapan pengguna.

Relevansi Strategis

Revitalisasi Stasiun Tanah Abang tidak hanya soal bangunan fisik — ini bagian dari strategi nasional dalam memperkuat transportasi massal di kota besar. Proyek ini juga sejalan dengan agenda pemerintah untuk memperluas penggunaan transportasi publik, mengurangi kemacetan, dan mendukung keberlanjutan urban di Jakarta. Investasi Rp 380 miliar menunjukkan komitmen pemerintah terhadap peningkatan infrastruktur kota.

Kesimpulan

Dengan selesainya tahap utama revitalisasi dan peresmian oleh pemerintah, Stasiun Tanah Abang telah bergeser dari “hanya stasiun besar” menjadi “stasiun raksasa” yang siap melayani gelombang pengguna besar di ibu kota. Fasilitas yang diperbaharui, alur yang diperbaiki, dan kapasitas yang ditingkatkan menjadikan stasiun ini simbol transformasi signifikan dalam transportasi publik Jakarta. Ke depan, keberhasilan proyek ini akan diukur dari kenyamanan dan kepuasan pengguna sehari-hari — serta apakah stasiun ini mampu menjalankan perannya sebagai pusat mobilitas modern.