Pencurian Baut Jembatan Bailey di Aceh: Ulah Oknum yang Dinilai Sabotase Infrastruktur Kemanusiaan
Aceh beritasekarang.id — Kejadian tidak terpuji terjadi di Aceh ketika sekelompok oknum diduga mencabut dan mencuri baut-baut jembatan Bailey yang baru saja dibangun untuk pemulihan akses transportasi pascabencana banjir bandang. Tindakan ini memicu kemarahan pejabat tinggi TNI serta masyarakat setempat karena berpotensi membahayakan keselamatan warga yang sangat membutuhkan akses jalan tersebut.
Pencurian baut ini diduga terjadi pada lokasi jembatan Bailey di Teupin Mane, Kabupaten Bireuen. Jembatan sementara ini baru selesai dan mulai difungsikan pada pertengahan Desember 2025 untuk membuka kembali jalur darat strategis yang menghubungkan beberapa desa dan kabupaten di Aceh.
Pembangunan Jembatan Bailey di Tengah Masa Pemulihan
Banjir bandang yang melanda beberapa wilayah di Aceh pada akhir 2025 membuat ratusan infrastruktur rusak parah, termasuk jembatan utama di daerah Kuta Blang. Akibatnya, jalur darat menuju Banda Aceh dan wilayah lain menjadi putus sehingga mobilitas warga dan distribusi bantuan terhambat. Pemerintah dan TNI kemudian melakukan pemasangan jembatan Bailey sebagai solusi sementara untuk memulihkan akses transportasi.
Jembatan Bailey sendiri merupakan jenis jembatan portabel yang sering dipakai dalam kondisi darurat karena bisa dipasang dengan cepat dan menahan beban kendaraan hingga sekitar 12 ton. Pemasangan jembatan ini melibatkan unsur TNI AD bersama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan masyarakat setempat.
Dengan fungsinya yang vital, jembatan tersebut menjadi harapan utama masyarakat setempat untuk kembali beraktivitas, mengirimkan bantuan logistik, serta menjaga konektivitas ekonomi di tengah pemulihan pascabencana.
Kejadian Pencurian Baut yang Memicu Kemarahan
Namun, menjelang akhir Desember 2025, terungkap bahwa sejumlah baut yang menjadi bagian penting struktur jembatan telah dicabut dan hilang. Informasi ini disampaikan oleh Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, yang mengaku sangat geram atas tindakan tersebut.
Menurut Maruli, perbuatan tersebut bukan hanya sekadar pencurian biasa, tetapi bisa dikategorikan sebagai sabotase terhadap upaya pemulihan infrastruktur penting. Ia menilai tindakan itu amat tidak manusiawi karena terjadi ketika masyarakat masih berada dalam kondisi rentan akibat dampak bencana.
Dalam konferensi pers di Posko Terpadu Base Ops Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Maruli menegaskan bahwa oknum yang melakukan pencabutan baut telah mengorbankan keselamatan banyak orang. “Kami tidak menyangka ada orang sebiadab ini. Saat masyarakat sedang menghadapi bencana, malah baut ini dilepas,” ujar Maruli dengan nada kesal.
Ia juga mengatakan bahwa kejadian tersebut membuatnya terjaga semalaman karena memikirkan dampaknya terhadap warga yang sangat bergantung pada fungsi jembatan tersebut.
Dugaan Sabotase dan Respons TNI
Pencurian dan pencabutan baut ini dianggap sebagai indikasi sabotase terhadap infrastruktur vital yang sedang dibangun. Maruli menyatakan bahwa pihaknya akan menelusuri kejadian ini sampai ke akar masalahnya. Ia juga menekankan bahwa tindakan semacam ini berpotensi membahayakan warga yang menggunakan jembatan tersebut dan memperlambat upaya pemulihan.
Sejumlah sumber media bahkan menulis bahwa pencurian baut ini menjadi perbincangan di media sosial, dengan berbagai spekulasi yang beredar. Namun, Maruli menegaskan fokus utama harus tetap pada pemulihan akses dan keselamatan masyarakat daripada spekulasi yang tidak berdasar.
Reaksi Masyarakat dan Ancaman Keamanan Infrastruktur
Masyarakat setempat dan pengguna media sosial merasa prihatin sekaligus marah setelah mengetahui berita ini. Banyak yang menilai tindakan pencurian baut bukan hanya sekadar tindakan kriminal, tetapi juga berpotensi menimbulkan kecelakaan dan memperlambat distribusi bantuan di Aceh, terutama di daerah-daerah yang masih terisolasi akibat kerusakan infrastruktur utama.
Beberapa anggota komunitas daring bahkan menyerukan agar pengamanan jembatan sementara lebih ditingkatkan dengan patroli dan penjagaan yang lebih ketat. Kritik atas kurangnya pengamanan muncul meskipun pihak TNI dan pemerintah sudah melakukan upaya terbaik dalam pemasangan jembatan di tengah kondisi darurat.
Pentingnya Jembatan Bailey Bagi Pemulihan Aceh
Perlu dipahami bahwa Jembatan Bailey memainkan peran penting dalam strategi pemulihan Aceh. Setelah jembatan utama rusak parah, jembatan alternatif ini bukan hanya membantu mobilitas warga, tetapi juga menjadi jalur distribusi barang kebutuhan pokok dan bantuan medis bagi warga yang terdampak.
Tanpa akses yang cukup aman dan stabil, upaya pemulihan ekonomi dan sosial di daerah yang terkena dampak bencana akan berjalan lambat. Jembatan darurat merupakan komponen krusial dalam memastikan bahwa korban banjir bisa kembali hidup normal meskipun pemulihan total mungkin masih butuh waktu lama.
Upaya Pemantapan Keamanan dan Pemasangan Ulang Komponen
Setelah kejadian pencurian baut ini, TNI AD bersama dengan pihak berwenang setempat dan masyarakat memperketat pengamanan lokasi jembatan. Meskipun belum ada rencana pemasangan CCTV di area tersebut, pengamanan dilakukan melalui kehadiran personel secara langsung untuk memastikan keselamatan struktur jembatan.
Pemasangan kembali baut yang hilang juga dilakukan untuk memastikan struktur jembatan tetap aman digunakan oleh warga. Hal ini menjadi prioritas demi menghindari risiko gangguan distribusi logistik serta kecelakaan di lokasi.
Penguatan Sistem Keamanan Infrastruktur Darurat
Kasus pencurian baut jembatan Bailey ini membuka diskusi penting tentang pengamanan infrastruktur darurat di daerah bencana. Infrastructure protection menjadi isu penting untuk memastikan bahwa bantuan dan mobilitas masyarakat tidak terganggu oleh tindakan kriminal atau sabotase.
Beberapa pihak mendukung ide pemasangan sistem pengawasan tambahan atau patroli komunitas di sekitar jembatan sementara, terutama setelah kejadian ini. Usulan ini muncul demi keamanan bersama dan kesinambungan fungsi infrastruktur vital selama masa pemulihan.
Kesimpulan: Tindakan Kriminal yang Menghambat Pemulihan
Kasus pencurian baut jembatan Bailey di Aceh mencerminkan sisi gelap di tengah upaya pemulihan daerah pascabencana. Tindakan ini bukan sekadar pencurian biasa, tetapi berpotensi menghambat akses vital bagi warga korban banjir dan memperlambat distribusi bantuan yang sangat dibutuhkan.
Pihak TNI dan pemerintah setempat berkomitmen untuk terus memperbaiki dan mengamankan infrastruktur tersebut agar dapat berfungsi optimal. Namun, dukungan dari seluruh elemen masyarakat juga diperlukan untuk menjaga agar fasilitas yang dibangun demi kemanusiaan tidak dirusak oleh tindakan yang malah merugikan banyak pihak.

