BeritaEkonomiGlobal

Pemulihan Ekonomi Jepang , Namun Industri Otomotif Tertekan Tarif AS ?

Pemerintah Jepang pada Senin (29/9/2025) Mengumukan bahwa per-ekonomian negara sudah mulai pulih moderat.Namun di sisi lain sektoor industri otomotif menghadapii tantangan signifiikan akibat kebijakan tarif impor yang melonjak dari Amerika Serikat (AS).

Ekonomi Pulih
Indeks Manajer Pembelian (PMI) sektor jasa Jepang tercatat 52,7 pada Agustus 2025, meskipun sedikit menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 53,6. Secara keseluruhan, ekonomi Jepang tetap tumbuh, tercermin dari Indeks output PMI komposit yang naik menjadi 51,9 pada Agustus, laju ekspansi tercepat dalam enam bulan terakhir.

Dampak Tarif AS pada Industri Otomotif
Meskipun ada tanda-tanda pemulihan, sektor industri otomotif Jepang masih tertekan akibat kebijakan tarif impor yang diberlakukan oleh AS. Sebelumnya ekspor ke jepang turun 2,6% dengan penurunan terbesar terjadi pada mobil ke AS. namun tarif tersebut masih lebih tinggi di bandingkan

Tantangan Ekspor dan Defisit Perdagangan

Penurunan ekspor Jepang pada Juli 2025 menandai penurunan tiga bulan berturut-turut, seiring tekanan tarif tinggi dari AS. Ekspor mobil ke AS mengalami penurunan tajam, dengan volume ekspor mobil hanya turun 3,9%, namun harga yang ditekan membuat dampaknya jauh lebih besar. Defisit perdagangan Jepang tercatat sebesar 637,6 miliar yen pada Mei 2025, lebih kecil dari perkiraan sebelumnya, namun tetap menunjukkan ketidakseimbangan dalam neraca perdagangan.
IDN Times

Upaya Pemerintah Jepang

Pemerintah Jepang berupaya keras agar sektor otomotif mendapat pengecualian khusus dari kebijakan tarif AS.

Prospek Ekonomi Jepang

Meskipun sektor jasa menunjukkan pertumbuhan, sektor manufaktur Jepang masih menghadapi tantangan. PMI Manufaktur Jepang tercatat 49,9 pada Agustus 2025, masih berada di bawah ambang batas 50,0 yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi. Pesanan luar negeri untuk barang Jepang merosot tajam dalam 17 bulan terakhir, menegaskan rapuhnya sektor manufaktur yang sangat bergantung pada ekspor.
detikfinance

Jika seluruh rencana tarif diberlakukan, ekspor Jepang ke AS bisa jatuh hingga 30%, menggerus sekitar 1 poin persentase dari PDB nasional. Situasi ini turut menyulitkan Bank of Japan (BoJ) yang sedang berupaya menormalkan kebijakan moneternya. BoJ sendiri menahan suku bunga pada pertemuan Juni 2025 dan menyatakan akan memperlambat laju pengetatan neraca pada tahun depan.