GlobalKriminalitasPolitikViral

Klaim Serangan 91 Drone ke Rumah Putin: Ukraina Bantah, Ketegangan Rusia–Ukraina Meningkat

Jakarta beritasekarang.id, 31 Desember 2025 – Ketegangan dalam konflik Rusia–Ukraina kembali memuncak setelah pemerintah Rusia mengumumkan bahwa kediaman Presiden Vladimir Putin menjadi target serangan besar berupa puluhan drone. Menurut klaim pihak Moskow, serangan tersebut melibatkan sekitar 91 drone yang ditembak jatuh sebelum mencapai lokasi sasaran. Pernyataan ini langsung mendapatkan respons keras dari Ukraina yang menyebut tuduhan itu tidak berdasar dan merupakan fabrikasi politik.

Insiden ini terjadi di tengah upaya diplomatik internasional yang sedang berlangsung untuk menghentikan perang Rusia–Ukraina yang memasuki tahun kelima sejak invasi besar-besaran Moskow pada Februari 2022. Tuduhan Rusia memicu kekhawatiran tentang kemungkinan eskalasi lebih lanjut, terutama apabila klaim ini dipakai sebagai pembenaran pengetatan serangan militer terhadap wilayah Ukraina.


Klaim Moskow: 91 Drone Diserang Menuju Kediaman Putin

Dalam pernyataan yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Rusia dan disiarkan secara luas oleh media pemerintah, Moskow mengklaim bahwa gelombang drone menyerang salah satu kediaman presiden Rusia di wilayah Novgorod, dekat kompleks Danau Valdai, yang merupakan lokasi favorit Putin untuk retret pribadi. Semua drone yang dilaporkan dilancarkan tersebut disebut berhasil ditangkal oleh sistem pertahanan udara Rusia tanpa ada korban atau kerusakan berarti.

Moskow menyatakan serangan yang mereka tuduhkan kepada Ukraina ini sebagai tindakan “terorisme negara” dan memperingatkan bahwa Rusia akan menanggapi dengan langkah balasan yang ditentukan untuk mempertahankan kedaulatan dan keamanan nasionalnya. Pernyataan seperti ini menggambarkan bagaimana konflik yang telah berlangsung lama itu terus memicu benturan narasi antara kedua pihak.

Menurut klaim yang dirilis oleh Rusia, pertahanan udara mereka mencegat puluhan drone sebelum mencapai target di kawasan Novgorod, dan tidak ada kerusakan yang dilaporkan di lokasi tersebut. Klaim ini dipublikasikan di tengah negosiasi perdamaian yang sedang berlangsung, yang menimbulkan spekulasi tentang motivasi politik di balik pengumuman tersebut.


Ukraina Menolak Klaim dan Menyebutnya Propaganda

Menanggapi tuduhan tersebut, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengecam klaim Rusia sebagai “total fabrikasi” dan bertujuan merusak kemajuan percakapan diplomatik. Melalui akun media sosial resminya, Zelenskyy menegaskan bahwa tidak ada serangan drone yang dilancarkan oleh Ukraina terhadap kediaman Putin, dan menyatakan bahwa klaim tersebut adalah langkah untuk memberikan alasan kepada Moskow melakukan serangan lebih lanjut terhadap Ukraina.

Menteri Luar Negeri Ukraina juga menyerukan agar dunia internasional tidak terpancing oleh klaim yang tidak disertai bukti kuat. Ia menyatakan bahwa tuduhan seperti ini “dirancang untuk menciptakan pretekst untuk aksi militer Rusia selanjutnya serta menghambat proses diplomasi yang sedang berjalan.” Pernyataan ini menunjukkan bagaimana Kyiv melihat narasi tersebut bukan hanya sebagai isu militer, tetapi juga alat politik.

Negara Ukraina juga menegaskan bahwa klaim Rusia ini bisa menjadi ancaman terhadap upaya perdamaian yang dipromosikan oleh beberapa negara Barat dan Amerika Serikat, yang berupaya meredakan konflik setelah pertemuan penting yang melibatkan Presiden Ukraina dan mantan Presiden AS, Donald Trump.


Reaksi Dunia Internasional: Kekhawatiran dan Seruan Diplomasi

Reaksi internasional atas klaim serangan drone itu beragam, tetapi beberapa negara menyuarakan keprihatinan atas potensi eskalasi ketegangan yang tidak perlu. Misalnya, Perdana Menteri India Narendra Modi mengungkapkan keprihatinannya terhadap laporan targeting kediaman Putin, sambil menekankan pentingnya dialog dan diplomasi untuk meredakan situasi. Pernyataan semacam ini mencerminkan kekhawatiran global bahwa konflik yang sudah bertahun-tahun ini bisa terus memburuk apabila narasi militer terus mendominasi.

Sementara itu, beberapa sekutu Barat menunjukkan skeptisisme atas klaim Rusia dan menyerukan verifikasi independen atas insiden yang dilaporkan. Utusan Amerika Serikat untuk NATO menyatakan bahwa klaim tersebut perlu diteliti lebih lanjut oleh intelijen sebelum dapat dikonfirmasi. Pernyataan ini menggarisbawahi ketidakpastian bukti atas klaim serangan drone tersebut dan menghambat narasi tunggal yang disampaikan Moskow.

Sekalipun demikian, beberapa negara sekutu Rusia juga secara resmi mengutuk laporan serangan tersebut sebagai ancaman terhadap stabilitas regional dan global. Hal ini menunjukkan bahwa klaim kontroversial ini telah memicu reaksi diplomatik lintas benua dan kelompok negara.


Relevansi dengan Proses Perdamaian yang Sedang Berlangsung

Klaim serangan drone ini mencuat di tengah upaya perdamaian yang sedang dipimpin oleh beberapa aktor internasional, termasuk Amerika Serikat. Sebelumnya, Presiden Zelenskyy dan Presiden Trump dilaporkan telah membicarakan kemungkinan kesepakatan damai yang signifikan di Mar-a-Lago, Florida. Munculnya tuduhan semacam itu di waktu-waktu sensitif bisa berpotensi mengguncang dinamika negosiasi, terutama jika digunakan sebagai alasan untuk memperkuat posisi negosiasi oleh pihak Rusia.

Sejumlah analis internasional juga mengatakan bahwa klaim seperti ini dapat digunakan oleh pihak yang berkepentingan untuk menjustifikasi langkah militer tambahan atau memperpanjang konflik dengan dalih keamanan nasional. Dalam konteks tersebut, situasi ini bukan hanya menjadi peristiwa taktis di medan perang, tetapi juga bagian dari pertarungan narasi yang lebih luas yang memengaruhi diplomasi global.


Kesimpulan: Ketegangan Meningkat Tanpa Bukti Tegas

Kasus klaim serangan 91 drone terhadap kediaman Presiden Vladimir Putin memperlihatkan betapa rumitnya hubungan antara Rusia dan Ukraina saat ini. Dengan Rusia menyampaikan tuduhan yang kuat namun tanpa bukti independen yang jelas, dan Ukraina menolaknya sebagai propaganda politik, situasi ini mencerminkan perang narasi yang berlangsung paralel dengan konflik militer.

Peristiwa ini tidak hanya menambah ketegangan militer, tetapi juga memiliki implikasi besar terhadap dinamika diplomasi internasional, terutama ketika upaya perdamaian tengah berlanjut. Dalam konteks global, pernyataan dan respons kedua belah pihak akan dipantau dengan cermat oleh komunitas internasional, yang berharap konflik berkepanjangan ini dapat segera diakhiri melalui dialog dan kesepakatan damai yang langgeng.