Politik

Thailand Terus Jatuhkan Bom ke Kamboja Meski Trump Klaim Perang Selesai

Jakarta — Konflik antara Thailand dan Kamboja kembali memanas meskipun Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebelumnya menyatakan bahwa kedua negara telah menyepakati gencatan senjata. Laporan terbaru dari pemerintah Kamboja menyebut bahwa militer Thailand masih melakukan pengeboman di wilayah perbatasan Kamboja, beberapa jam setelah klaim penghentian perang diumumkan Trump. Situasi ini menunjukkan bahwa ketegangan di perbatasan kedua negara masih jauh dari kata damai.

Tuduhan Pengeboman oleh Kamboja

Kementerian Pertahanan Kamboja menyatakan bahwa pesawat tempur Thailand menjatuhkan sejumlah bom ke beberapa lokasi di wilayah perbatasan Kamboja pada 13 Desember 2025. Menurut Kamboja, serangan ini terjadi meski Presiden Trump telah menyatakan bahwa kedua negara sepakat menghentikan semua tembakan efektif. Pernyataan tersebut menegaskan adanya perbedaan nyata antara klaim diplomatik dan situasi di lapangan.

“Kekuatan militer Thailand belum menghentikan serangan dan terus melakukan aksi agresif,” ujar Kementerian Pertahanan Kamboja. Tuduhan ini menimbulkan pertanyaan terkait efektivitas pernyataan gencatan senjata yang diumumkan secara internasional.

Klaim Gencatan Senjata Trump

Sebelumnya, Trump menyatakan bahwa Thailand dan Kamboja telah sepakat menghentikan tembakan efektif setelah berbicara langsung dengan masing-masing pemimpin, yaitu Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul dan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet. Trump menekankan bahwa kedua negara akan kembali pada kesepakatan damai yang difasilitasi Malaysia.

Meski demikian, laporan lapangan menunjukkan bahwa klaim gencatan senjata ini belum diikuti tindakan nyata. Perdana Menteri Thailand disebut masih menekankan syarat tertentu sebelum menghentikan operasi militer, termasuk penarikan pasukan dan penghapusan ranjau di zona perbatasan.

Sikap dan Pernyataan Thailand

Pemerintah Thailand menyatakan bahwa operasi militer masih berlangsung sebagai tindakan balasan terhadap ancaman dari pihak Kamboja. Perdana Menteri Anutin menekankan bahwa Thailand tidak memulai agresi, tetapi merespons serangan yang mengancam kedaulatan dan keselamatan warga perbatasan.

Thailand juga menyatakan bahwa gencatan senjata baru bisa diterapkan jika semua pihak benar-benar menghentikan aksi permusuhan, termasuk penarikan pasukan dari zona konflik. Hal ini menegaskan adanya ketidakselarasan antara pernyataan internasional dan tindakan militer di lapangan.

Reaksi ASEAN dan Komunitas Internasional

Organisasi regional ASEAN juga menanggapi konflik ini dengan mengimbau kedua negara agar menghormati kesepakatan gencatan senjata. Sekretaris Jenderal ASEAN, Kao Kim Hourn, menekankan perlunya menjaga perdamaian dan stabilitas regional melalui dialog dan penyelesaian sengketa secara damai.

Namun, fakta bahwa serangan udara dan bentrokan masih berlangsung menunjukkan bahwa diplomasi formal belum diikuti implementasi nyata di lapangan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut di wilayah perbatasan yang panjangnya ratusan kilometer.

Dampak pada Warga Sipil

Konflik yang terus berlangsung menyebabkan ribuan warga sipil mengungsi dari rumah mereka. Laporan menyebut bahwa puluhan warga tewas, ratusan luka-luka, dan ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal serta terpaksa mencari perlindungan sementara. Situasi ini menimbulkan krisis kemanusiaan di daerah perbatasan, dengan keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan dan pangan.

Kontroversi dan Ketidakpastian Gencatan Senjata

Perkembangan terbaru menunjukkan bahwa klaim gencatan senjata Trump belum tercermin di lapangan. Para analis keamanan menekankan bahwa perjanjian semacam ini tetap rapuh dan membutuhkan mekanisme pengawasan pihak ketiga agar bisa berjalan efektif.

Konflik Thailand–Kamboja menambah tekanan diplomasi di Asia Tenggara dan dapat mempengaruhi stabilitas regional serta posisi ASEAN sebagai mediator sengketa antaranggota.

Kesimpulan

Meski Trump mengumumkan gencatan senjata, serangan udara Thailand di wilayah Kamboja menunjukkan bahwa konflik belum benar-benar usai. Ketegangan yang terus berlangsung, klaim dan bantahan dari kedua pihak, serta dampak bagi warga sipil menegaskan bahwa perdamaian formal belum sepenuhnya terealisasi. Diplomat dan organisasi regional perlu mengambil langkah tambahan agar gencatan senjata dapat diterapkan secara nyata dan permanen.