Pemain Italia di Persib Bandung Sering Tak Betah: Ini Alasannya
Jakarta – Isu seputar **ketidakbetahan pemain asal Italia saat berkarier di Persib Bandung kembali menjadi perbincangan hangat di kalangan bobotoh dan pengamat sepak bola Indonesia. Meskipun reputasi klub asal Jawa Barat itu cukup tinggi, beberapa pemain Italia yang pernah dipinang “Maung Bandung” ternyata memilih mengakhiri masa kerja mereka lebih cepat atau mengalami tantangan besar selama menjalani karier di Bandung.
Fenomena ini bukan hanya sekadar rumor. Dua nama besar asal Italia, Stefano Beltrame dan Federico Barba, menjadi sorotan lantaran perjalanan mereka bersama Persib tidak berjalan mulus hingga akhir masa kontrak.
Beltrame: Awal Cerita yang Menjanjikan namun Berakhir Pamit
Stefano Beltrame datang ke Persib pada akhir 2023 dengan ekspektasi tinggi. Gelandang serang ini merupakan jebolan klub Eropa dan sempat menarik perhatian bobotoh lewat performanya di beberapa laga awal. Bahkan, Beltrame sempat menjadi bagian penting yang membantu Persib meraih gelar Liga 1 Indonesia 2023–24.
Namun, keberhasilan tersebut tidak diikuti oleh perjalanan panjang di Bandung. Pada pertengahan 2024, Beltrame memutuskan kembali ke Italia untuk merawat ayahnya yang sakit, sebuah keputusan yang ia ambil dengan alasan keluarga. Keputusan ini pun membuat banyak suporter mempertanyakan adaptasi pemain asing di luar aspek performa sepak bola.
Situasi Beltrame menunjukkan bahwa faktor personal seperti keluarga dan keterikatan emosional bisa menjadi tantangan besar bagi pemain asing, terutama ketika berjauhan dari kampung halaman dalam jangka waktu panjang.
Federico Barba: Fokus di Lapangan, namun Rindu Rumah
Nama lain yang juga menjadi simbol fenomena ini adalah Federico Barba, bek tengah asal Italia yang direkrut Persib pada pertengahan musim 2025–26. Barba membawa reputasi pengalaman bermain di kompetisi Eropa dan sempat menjadi benteng kokoh lini belakang Persib.
Meski demikian, belakangan muncul kabar bahwa Barba tidak sepenuhnya betah di Indonesia karena rasa rindu terhadap keluarga di Italia dan masa adaptasi yang sulit, terutama saat harus bekerja keras di luar negeri.
Melansir laporan terbaru, Barba mengakui bahwa ia sedang memasuki periode yang “tidak mudah” selama berada di Bandung, dan ia secara jujur menyatakan merindukan keluarganya di Italia. Rumor yang beredar pun menyebutkan bahwa klub asal Serie B Italia, Delfino Pescara 1936, sedang mempertimbangkan peminjaman pemain ini kembali ke tanah airnya.
Meski demikian, Barba sendiri menegaskan bahwa saat ini ia masih fokus pada tugasnya bersama Persib, dan belum sepenuhnya memutuskan langkah selanjutnya dalam karier sepak bolanya.
Faktor Adaptasi Budaya dan Jauh Rumah
Perjalanan Beltrame dan Barba menunjukkan bahwa masalah adaptasi budaya dan emosional sering kali lebih berat ketimbang tantangan teknis di lapangan. Bagi pemain asing, khususnya mereka yang berasal dari Eropa seperti Italia, budaya lokal, cuaca tropis, serta jauh dari keluarga bisa berdampak signifikan pada kenyamanan dan kesejahteraan pribadi mereka.
Hal ini diperkuat oleh pengalaman yang dialami Barba sepanjang musim ini, termasuk kondisi fisik yang kadang terganggu dan proses pemulihan di luar Indonesia, yang turut memecah fokusnya sebagai atlet profesional.
Selain itu, bahasa dan rutinitas sehari-hari juga menjadi tantangan tersendiri bagi pemain asing ketika beradaptasi dengan lingkungan baru di Bandung — sesuatu yang tidak mudah diatasi dalam waktu singkat meskipun secara teknis mereka adalah pemain kelas dunia.
Respons dan Harapan Klub
Management Persib sendiri sejauh ini belum memberi pernyataan resmi terkait keputusan manajemen soal masa depan pemain Italia tersebut di klub. Namun dari sisi suporter, berbagai opini muncul; beberapa menyayangkan langkah mundur yang diambil Stefano maupun rumor kepulangan Barba, sementara yang lain melihat itu sebagai bagian dari dinamika sepak bola modern yang sering kali melibatkan aspek personal dan emosional di luar lapangan.
Dampak Bagi Strategi Pemain Asing Persib
Fenomena “tidak betahnya pemain Italia di Persib” bisa menjadi pelajaran penting bukan hanya bagi klub, tetapi juga bagi pelatih dan pemain asing lainnya. Bagi klub besar seperti Persib, memperhatikan aspek humanis dan dukungan psikologis pemain asing sama pentingnya dengan proyeksi kemampuan teknis mereka di lapangan.
Kedepannya, fokus pada pendekatan adaptasi budaya dan dukungan keluarga mungkin akan menjadi prioritas agar talenta asing berkualitas dapat memberikan impact maksimal selama masa kontrak mereka bersama klub kebanggaan bobotoh.
Kesimpulan:
Pemain asal Italia seperti Stefano Beltrame dan Federico Barba menunjukkan bahwa alasan ketidakbetahan mereka di Persib Bandung bukan semata soal performa, tetapi lebih karena faktor keterikatan keluarga, adaptasi budaya, dan tantangan emosional saat bermain di luar negeri — tantangan yang umum dirasakan oleh banyak pemain asing di kompetisi Asia Tenggara.

