Iklan Makanan & Camilan Makin Masif — Seberapa Aman untuk Kesehatan Anak?
Jakarta, 11 Oktober 2025 — Di era digital dan media sosial, iklan makanan dan camilan untuk anak-anak menjadi semakin marak. Dari televisi, YouTube, hingga aplikasi game, anak-anak terpapar promosi produk tinggi gula, lemak, dan garam (HFSS – high in fat, sugar, salt). Walau menarik secara visual, pertanyaannya: seberapa aman eksposur ini terhadap kesehatan anak-anak? Pemerintah, orang tua, dan regulator kini dihadapkan pada tantangan besar untuk mengendalikan dampaknya.
Tren Iklan Makanan: Dari Layar TV ke Aplikasi Anak
Iklan makanan anak dulunya dominan di televisi anak-anak dan jam tayang tertentu. Kini, dengan maraknya smartphone dan platform digital, iklan bertransformasi:
- Iklan in-app & pop-up di game anak-anak
- Video pendek & animasi di TikTok, YouTube Kids
- Influencer & konten bersponsor yang menyisipkan produk camilan sebagai bagian gaya hidup
- Iklan digital interaktif yang mendorong klik atau “minta ke orang tua”
Eksposur ini terjadi hampir sepanjang waktu bagi anak yang mengakses gawai, menimbulkan paparan iklan makanan tak sehat yang jauh lebih intens dibanding masa lalu.
Risiko Kesehatan Anak dari Konsumsi Makanan Tak Sehat
Pakar gizi dan kesehatan anak telah memperingatkan dampak jangka panjang eksposur promosi makanan tak sehat:
- Obesitas & kelebihan berat badan: Iklan memicu keinginan konsumsi camilan tinggi gula, lemak, dan kalori kosong.
- Gangguan metabolik: risiko diabetes tipe 2 dan resistensi insulin bisa meningkat jika pola makan buruk terjadwal sejak dini.
- Masalah gigi & karies: konsumsi gula tinggi berkontribusi terhadap kerusakan gigi anak.
- Gangguan nutrisi: jika camilan menggantikan makanan bernutrisi (sayur, buah, protein), anak bisa kekurangan vitamin dan mineral penting.
- Cenderung menjadi pola hidup masa dewasa: kebiasaan makan tak sehat sejak anak-anak dapat menetap hingga dewasa.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang sering terpapar iklan makanan tak sehat memiliki kecenderungan tinggi untuk memilih makanan semacam itu dibanding anak yang kurang terekspos.
Upaya Regulasi & Kebijakan di Indonesia
Sebagai tanggapan terhadap tren ini, beberapa langkah regulasi telah atau sedang dipertimbangkan:
- Aturan pengiklanan makanan anak dalam revisi Undang-undang Pangan dan regulasi Kementerian Kesehatan, misalnya pelarangan iklan makanan tinggi gula/lemak/garam pada jam tayang anak.
- Label gizi depan kemasan (front-of-pack labeling): agar orang tua bisa cepat melihat apakah produk itu “tinggi gula / tinggi garam / tinggi lemak”.
- Batasan sponsor & placement produk dalam acara anak-anak.
- Kampanye edukasi publik: sekolah dan dinas kesehatan mengedukasi orang tua dan anak mengenai cara memilih camilan sehat.
- Kolaborasi dengan platform digital supaya aplikasi permainan anak tidak menayangkan iklan makanan tak sehat.
Namun tantangan tetap besar: efektivitas penegakan hukum, pengawasan platform asing, dan kepatuhan industri makanan.
Peran Orang Tua & Sekolah: Filter Iklan & Pendidikan Gizi
Regulasi saja tidak cukup — orang tua dan sekolah memiliki peran sangat vital:
- Batasi Screen Time Anak
Kurangi paparan terhadap iklan digital dengan membatasi durasi penggunaan gadget. - Gunakan mode “iklan minimal” / ad-blocker
Aplikasi anak idealnya dikonfigurasi agar iklan minimal atau di bawah pengawasan. - Ajarkan literasi media digital & iklan
Anak perlu diajarkan bahwa iklan menampilkan produk dengan maksud jual, bukan kebutuhan. - Contoh pola makan sehat
Orang tua menjadi model bagi anak. Jika orang dewasa memilih makanan sehat, anak cenderung ikut. - Sekolah sebagai lokasi penguatan
Sekolah dapat menggunakan kantin sehat, menolak sponsor camilan tak sehat, dan memasukkan materi gizi dalam kurikulum.
Tantangan & Hambatan
Dalam praktiknya, regulasi dan upaya pengendalian iklan makanan menghadapi sejumlah hambatan:
- Platform digital dan media luar negeri sering berada di luar jangkauan regulasi lokal.
- Perusahaan makanan memiliki anggaran besar untuk pemasaran dan kampanye canggih.
- Anak-anak sangat rentan terhadap iklan visual dan suara — lebih sulit dibendung.
- Kepatuhan industri dan transparansi naskah iklan (misal angka gula tersembunyi) bisa sulit diawasi.
- Kurangnya kesadaran orang tua akan risiko iklan makanan—banyak yang menganggap iklan hanya hiburan.
Kesimpulan
Iklan makanan dan camilan makin masif dalam kehidupan anak-anak masa kini — dari layar televisi hingga aplikasi. Paparan ini membawa potensi risiko kesehatan yang nyata: obesitas, gangguan metabolik, dan kebiasaan makan buruk sejak dini. Regulasi diperlukan, tapi tidak cukup tanpa peran aktif orang tua dan sekolah. Mendidik anak agar cerdas dalam memilih, membatasi paparan iklan, dan menanamkan pola makan sehat harus menjadi bagian dari strategi menyeluruh menjaga generasi sehat ke depan.

