Pocari Sweat Run Lombok 2025 Angkat Pariwisata dan Ekonomi NTB ke Tingkat Lebih Tinggi
Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat — Serangkaian kegiatan lari massal Pocari Sweat Run Lombok 2025 yang digelar di Sirkuit Internasional Mandalika, pada tanggal 13–14 September 2025, terbukti berhasil mendongkrak sektor pariwisata dan perekonomian lokal Provinsi NTB. Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana mengungkap bahwa event ini menjadi momentum penting bagi daerah, khususnya dalam membangkitkan okupansi hotel, transportasi, dan UMKM setempat.
Partisipasi dan Skala Acara
Tercatat sebanyak 9.000 pelari dari berbagai provinsi di Indonesia ikut berpartisipasi dalam gelaran ini.
Pocari Sweat Run Lombok 2025 menawarkan empat kategori lomba:
- Kategori 4,3 km, satu putaran di Sirkuit Mandalika.
- 10 km
- Half marathon (21,0975 km)
- Marathon penuh (42,195 km)
Tema sport tourism atau wisata olahraga, dijadikan pijakan untuk menarik lebih dari sekadar pelari; para peserta juga diajak menikmati alam, budaya, dan potensi destinasi lokal Lombok. Rute lomba melintasi desa-desa di kawasan Mandalika, memperlihatkan keindahan alam dan kekayaan budaya lokal, sebagai bagian dari pengalaman bagi para pelari.
Dampak terhadap Pariwisata dan Ekonomi Lokal
Widiyanti Putri Wardhana menyebut bahwa dalam dua hari acara:
- Hotel penuh
- Penerbangan padat
- UMKM bergerak aktif
Kegiatan ini memberi efek berganda (multiplier effect) pada sektor-sektor terkait seperti akomodasi, kuliner, transportasi lokal, usaha cinderamata, jasa penyewaan, dan kebutuhan logistik acara. Keramaian pelari dan pendukungnya juga meningkatkan kunjungan ke destinasi sekitar, membuka peluang tambahan bagi pelaku ekonomi lokal.
Dukungan Pemerintah dan Harapan Rutin Tahunan
Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal, menyatakan dukungannya penuh terhadap pelaksanaan Pocari Sweat Run di Lombok. Ia berharap event ini menjadi agenda tahunan di NTB, bahkan bisa melibatkan pelari internasional di masa depan.
Sementara itu, Direktur Utama InJourney, Maya Watono, mengatakan bahwa event ini cocok dengan “DNA Mandalika sebagai sportainment”—yakni perpaduan antara olahraga, hiburan, dan destinasi wisata. Agenda seperti ini dianggap sebagai katalis bagi pertumbuhan ekonomi lokal yang lebih luas jika dilaksanakan secara konsisten.
Tantangan dan Peluang yang Muncul
Meskipun hasilnya positif, ada beberapa tantangan yang perlu diperhatikan agar dampak jangka panjang bisa maksimal:
- Infrastruktur penunjang seperti transportasi, penginapan, dan akses ke lokasi lomba harus terus ditingkatkan untuk mengakomodasi jumlah pelari yang semakin besar.
- Promosi internasional agar wisatawan luar negeri tertarik ikut serta di acara berikutnya, tidak hanya pelari domestik.
- Keterlibatan UMKM secara merata, agar keuntungan tidak hanya terkonsentrasi di pusat-pusat keramaian, tetapi juga tersebar ke desa-desa yang dilalui rute lomba.
- Kualitas pengalaman peserta—keamanan, kebersihan, kenyamanan selama lomba dan saat tinggal di daerah—harus selalu dijaga agar reputasi acara terus meningkat.
Harapan Menuju NTB Sebagai Pusat Sport Tourism
Dengan keberhasilan Pocari Sweat Run Lombok 2025, NTB mendapat peluang strategis untuk mengokohkan dirinya sebagai pusat sport tourism di Indonesia Timur. Beberapa rencana ke depan yang telah disebutkan adalah:
- Memasukkan Pocari Sweat Run ke dalam kalender event tahunan daerah.
- Peningkatan konektivitas transportasi—baik penerbangan, pelabuhan, maupun infrastruktur pendukung lainnya agar akses menuju Lombok dan Mandalika makin mudah bagi peserta dan wisatawan.
- Pengembangan fasilitas pendukung wisata olahraga, termasuk jalur pendukung, akomodasi yang memadai, serta layanan wisata dan budaya yang menarik untuk pengunjung.
Kesimpulan
Pocari Sweat Run Lombok 2025 bukan sekadar lomba lari; ia adalah bukti nyata bahwa olahraga bisa menjadi media penggerak pariwisata dan ekonomi lokal. Dengan 9.000 pelari yang berpartisipasi, aktivitas hotel dan transportasi yang penuh, serta usaha mikro dan kecil yang bergerak, acara ini membuka peluang besar bagi Lombok untuk terus berkembang sebagai destinasi sport tourism.
Keberhasilan acara ini diharapkan menjadi titik awal — bukan puncak — di mana Lombok dan provinsi NTB dapat terus menggelar event-event serupa dengan kualitas yang makin baik, dengan dukungan infrastruktur, promosi, dan pelibatan lokal yang lebih kuat.
