Menteri Trump Sebut Chicago Zona Perang, Amerika Serikat Makin Membara
Washington, D.C. — Ketegangan sosial dan politik di Amerika Serikat kembali meningkat setelah seorang mantan menteri pemerintahan Donald Trump menyebut kota Chicago sebagai “zona perang yang dikuasai oleh kekerasan dan kriminalitas.”
Pernyataan tersebut segera memicu gelombang kritik dari pejabat lokal, aktivis hak sipil, hingga pemerintahan Presiden Joe Biden, yang menilai komentar itu sebagai bentuk retorika politik yang “berlebihan dan berbahaya.”
Laporan Kompas TV Internasional menyebut bahwa komentar itu disampaikan oleh Stephen Miller, mantan penasihat senior Trump, dalam wawancara eksklusif di stasiun konservatif Fox News.
“Chicago bukan lagi kota Amerika. Ini medan perang, di mana setiap malam suara tembakan terdengar seperti di Baghdad tahun 2003,” kata Miller dengan nada tajam.
Lonjakan Kekerasan dan Kejahatan Bersenjata
Chicago memang lama dikenal sebagai kota dengan tingkat kekerasan bersenjata tertinggi di Amerika Serikat.
Data terbaru dari Chicago Police Department menunjukkan, dalam sembilan bulan pertama tahun 2025, tercatat lebih dari 540 kasus pembunuhan dan 2.800 penembakan — angka yang jauh di atas rata-rata nasional.
Miller menilai situasi ini sebagai bukti kegagalan kebijakan Partai Demokrat yang “terlalu lunak terhadap pelaku kejahatan.”
“Selama Demokrat memimpin, penegakan hukum dilumpuhkan oleh politik identitas. Polisi takut bertindak, dan warga menjadi korban,” ujarnya.
Namun, pejabat Chicago menolak keras pernyataan tersebut. Wali Kota Brandon Johnson, dari Partai Demokrat, menegaskan bahwa kota itu sedang berada di jalur pemulihan.
“Kami menghadapi tantangan nyata, tapi menyebut Chicago sebagai zona perang adalah penghinaan bagi ribuan warga yang bekerja keras membangun kota ini setiap hari,” kata Johnson dalam konferensi pers di Balai Kota.
Respons Gedung Putih dan Isu Politik Nasional
Pernyataan Miller tidak datang tanpa konteks.
Dalam beberapa pekan terakhir, mantan Presiden Donald Trump terus memperkuat retorika “hukum dan ketertiban” menjelang Pemilu Presiden AS 2026, di mana ia kembali menjadi kandidat terkuat Partai Republik.
Gedung Putih merespons pernyataan itu dengan nada tajam.
Juru bicara pemerintahan Biden, Karine Jean-Pierre, menuduh Miller dan kubu Trump menggunakan isu kriminalitas untuk menebar ketakutan.
“Retorika semacam ini bukan solusi, hanya propaganda politik yang memperdalam perpecahan,” tegas Jean-Pierre.
Menurut pengamat politik dari Brookings Institution, Dr. Michael Sanders, komentar Miller adalah bagian dari strategi lama Partai Republik: memanfaatkan citra kota besar yang dipimpin Demokrat — seperti Chicago, New York, dan Los Angeles — sebagai simbol “kegagalan liberal.”
“Narasi ini sudah digunakan sejak era Nixon dan kembali dipoles untuk masa kini. Masalahnya, fakta sosialnya lebih kompleks dari sekadar retorika politik,” kata Sanders.
Warga Chicago: Antara Realitas dan Stigma
Di lapangan, warga Chicago memiliki pandangan yang lebih beragam.
Beberapa memang mengakui meningkatnya ketegangan dan kejahatan di lingkungan mereka, sementara yang lain menilai media terlalu melebih-lebihkan situasi.
Lisa Hernandez, seorang guru sekolah di South Side Chicago, mengatakan bahwa istilah “zona perang” terasa tidak adil.
“Ya, kami mendengar suara tembakan sesekali, tapi kami juga mendengar tawa anak-anak di taman setiap sore. Chicago bukan hanya tentang kekerasan,” ujarnya.
Sementara itu, David Carter, veteran militer yang kini tinggal di West Englewood, justru mengatakan bahwa pemerintah seharusnya mendengar peringatan Miller.
“Saya sudah tinggal di sini 20 tahun. Sekarang saya tidur dengan pistol di bawah bantal. Kalau itu bukan zona perang, saya tidak tahu apa lagi namanya.”
Kejahatan, Ketimpangan, dan Ras
Masalah kriminalitas di Chicago memang tidak bisa dilepaskan dari ketimpangan ekonomi dan rasial yang telah lama membentuk wajah kota.
Sebagian besar kekerasan terjadi di lingkungan berpenghasilan rendah yang mayoritas dihuni oleh warga kulit hitam dan Latin.
Menurut Chicago Urban League, tingkat pengangguran di beberapa distrik mencapai 15 persen, dua kali lipat dari rata-rata nasional.
Kombinasi antara kemiskinan, akses senjata api yang mudah, dan minimnya layanan sosial menciptakan lingkaran kekerasan yang sulit diputus.
“Jika negara hanya menjawab dengan polisi dan penjara, tanpa mengatasi akar masalah sosial, kekerasan akan terus berulang,” ujar Prof. Angela Jones, sosiolog dari University of Illinois.
Politisisasi Keamanan Publik
Isu keamanan publik kini menjadi salah satu senjata utama kubu Trump menjelang pemilu.
Dalam beberapa pidatonya, Trump berjanji akan “mengembalikan ketertiban di jalan-jalan Amerika” dengan meningkatkan hukuman bagi pelaku kejahatan dan memperluas kewenangan kepolisian federal.
Kubu Demokrat menilai pendekatan itu hanya akan memperburuk ketegangan antara masyarakat dan aparat.
Senator Alexandria Ocasio-Cortez, misalnya, menyebut retorika Trump dan Miller sebagai “usaha menghidupkan kembali politik ketakutan ala 1980-an.”
“Mereka tidak ingin menyelesaikan masalah. Mereka ingin menakuti rakyat agar memilih dengan rasa takut,” ujarnya melalui akun X.
Chicago di Tengah Pertarungan Citra
Chicago kini kembali menjadi simbol pertarungan dua narasi: antara citra “kota gagal” yang digunakan oleh oposisi konservatif dan “kota tangguh” yang dibanggakan warganya.
Bagi sebagian orang, konflik ini bukan hanya tentang kejahatan, melainkan tentang siapa yang berhak mendefinisikan Amerika.
“Ketika mereka menyebut kami zona perang, mereka tidak melihat perjuangan kami. Chicago adalah kota pekerja keras, kota seni, kota kehidupan. Kami lebih besar dari headline politik,” ujar Brandon Johnson, menutup pidatonya.
Penutup
Pernyataan tajam dari mantan menteri Trump memperlihatkan bagaimana isu kriminalitas kembali digunakan sebagai alat politik menjelang tahun pemilu.
Namun di balik debat nasional, Chicago tetap menjadi cermin Amerika: kota dengan luka sosial yang dalam, tapi juga tekad luar biasa untuk bangkit.
Dalam pertempuran narasi antara “zona perang” dan “kota harapan,” masa depan Chicago — dan mungkin Amerika Serikat sendiri — akan ditentukan bukan oleh retorika, tapi oleh keberanian menghadapi kenyataan.
📌 Sumber:
- Kompas TV Internasional – “Menteri Trump Sebut Chicago Zona Perang, AS Makin Membara”
- Fox News, Chicago Tribune, Brookings Institution, BBC North America Desk