Berita

Debt Collector Viral Rebut Motor Wanita di Cengkareng Dibekuk: Kisah Ibu Muda yang Berjuang Bayar Cicilan

Jakarta, 24 Oktober 2025 — Bayangkan melaju di jalan raya Cengkareng dengan motor kesayangan, tiba-tiba dihadang segerombolan pria berbadan tegap yang berusaha merebut kendaraan Anda di depan umum. Itulah mimpi buruk yang dialami seorang ibu muda, seorang pekerja lepas bernama Siti (28), di depan Halte Transjakarta Jembatan Baru pada Kamis (16/10) pekan lalu. Video viral yang terekam warga menunjukkan Siti berjuang mempertahankan motor Honda Beat-nya, sementara tiga debt collector (DC) mendorong dan berteriak, memicu kemarahan netizen. “Ini bukan penagihan, ini perampokan!” tulis ratusan komentar di medsos. Polres Metro Jakarta Barat tak tinggal diam: tiga pelaku—MN, BN alias Rassi, dan LN—dibekuk Jumat (17/10), kini status wajib lapor sambil tunggu laporan resmi korban. Kisah ini bukan sekadar berita viral; ia adalah cermin masalah hutang konsumsi di kalangan rakyat kecil, di mana cicilan motor jadi beban berat di tengah ekonomi pasca-pandemi.

Siti, yang enggan disebut nama lengkapnya, adalah wajah dari jutaan pekerja informal di Jakarta Barat. Sebagai penjahit rumahan di Cengkareng, ia beli motor Beat via kredit dari leasing pada 2023 untuk antar jahitan ke pelanggan—alat usaha sekaligus penopang keluarga. “Motor itu roda hidup saya, bawa anak ke sekolah, ambil pesanan. Kalau direbut, gimana kami makan?” ceritanya kepada tim beritasekarang.id, suaranya masih gemetar meski seminggu berlalu. Insiden terjadi pukul 14.00 WIB: Siti baru pulang dari pasar, tiba-tiba dihentikan oleh tiga DC dari perusahaan leasing yang tak disebut namanya. Mereka berteriak “bayar cicilan atau ambil motor!” sambil coba tarik kunci. Siti tolak, tapi DC dorong hingga hampir jatuh. Warga sekitar, termasuk sopir ojek yang lewat, turun tangan: “Jangan kasar! Selesaikan baik-baik!” teriak mereka, merekam video yang kini viral dengan 2 juta views di TikTok.

Video itu, berdurasi 45 detik, tunjukkan ketegangan: DC pakai jaket seragam, tapi tak tunjukkan identitas jelas. Satu DC bahkan marah ke warga yang rekam: “Hapus! Ini urusan pribadi!” Motor Siti batal diambil berkat protes massa, tapi trauma tetap. “Saya takut keluar rumah, anak saya tanya kenapa Mama nangis,” katanya, sambil peluk anak berusia 5 tahun. Kasus ini bukan langka: OJK laporkan 1,5 juta kredit macet kendaraan roda dua pada 2025, 40% dari pekerja informal seperti Siti. Cicilan Rp 500 ribu/bulan, di tengah gaji Rp 3 juta, sering jadi jerat: kenaikan BBM dan harga sembako tekan anggaran, bikin telat bayar.

Polres Metro Jakbar gerak cepat. Kasi Humas Iptu Muri Rifia bilang, meski Siti belum lapor resmi (mungkin karena takut), polisi selidiki dari video viral. “Tiga pelaku—MN, BN alias Rassi, dan LN—diamankan 17 Oktober. Mereka akui tagih cicilan, tapi akui kesalahan cara,” katanya. Ternyata, motor Siti hasil gadai, bukan punya langsung, tapi korban tetap tak boleh dihadang paksa. Pelaku kini wajib lapor tanpa batas waktu, tunggu proses hukum. OJK dan Polri ingatkan: penagihan harus etis, tak boleh kekerasan. UU Perlindungan Konsumen No. 8/1999 Pasal 19 larang intimidasi, dengan ancaman 5 tahun penjara. “Kami lindungi korban, tapi ajak mediasi supaya tak eskalasi,” tambah Muri.

Bagi Siti, ini kemenangan kecil. Dengan bantuan LSM seperti LBH Jakarta, ia rencana lapor OJK untuk mediasi cicilan. “Saya mau bayar, tapi butuh keringanan. Jangan rebut motornya,” katanya. Kisahnya mewakili rakyat kecil: survei OJK 2025 tunjukkan 25% kredit macet karena pandemi, terutama wanita pekerja informal. DC sering pakai intimidasi karena target harian, tapi ini rusak kepercayaan. Kasus serupa di Depok (Oktober 2025) telan satu korban jiwa karena stres—peringatan bagi leasing untuk etis.

Ini pelajaran: hutang konsumsi butuh edukasi finansial. Program OJK “Cerdas Berhutang” jangkau 1 juta warga 2025, ajarkan cicilan tak melebihi 30% gaji. Bagi warga, jangan diam: laporkan intimidasi ke polisi atau OJK hotline 157. Siti kini gabung koperasi jahit, supaya tak bergantung kredit. “Motor itu bukan barang, tapi harapan,” katanya. Di Cengkareng yang ramai, kisahnya ingatkan: penagihan harus manusiawi, supaya rakyat kecil tak hancur.