BlackBerry Classic Kembali Hidup dalam Versi China, Nostalgia yang Dibalut Teknologi Modern
Jakarta — Di era layar penuh dan kamera beresolusi tinggi, siapa sangka sebuah ponsel QWERTY klasik kembali mencuri perhatian dunia teknologi. Nama itu adalah BlackBerry Classic, ponsel yang sempat jadi simbol prestise di awal 2000-an dan kini “hidup kembali” lewat versi baru buatan China.
Fenomena ini bermula dari rilis prototipe smartphone yang meniru desain ikonik BlackBerry Classic — lengkap dengan tombol fisik, trackpad tengah, dan sentuhan logam elegan. Bedanya, kali ini perangkat tersebut tidak diproduksi oleh BlackBerry Limited, melainkan oleh perusahaan teknologi asal Shenzhen yang dikenal kerap menghidupkan kembali perangkat retro dengan mesin modern.
Nostalgia yang Diperbarui
Sekilas, tampilannya nyaris identik dengan BlackBerry Classic 2014 — bodi kompak, keyboard QWERTY empat baris, dan layar persegi. Namun begitu dinyalakan, pengguna disambut oleh antarmuka Android 14, bukan sistem operasi BlackBerry OS yang dulu menemani masa kejayaan BBM.
Versi baru ini menempatkan nostalgia sebagai pintu masuk, namun menghadirkan pengalaman baru yang lebih cepat, intuitif, dan relevan dengan kebutuhan masa kini.
Tombol-tombol fisiknya terasa solid, memberi sensasi mengetik yang sudah lama hilang di tengah layar sentuh datar.
“Rasanya kayak 2010 lagi,” tulis salah satu pengulas di forum teknologi China. “Tapi kali ini, saya bisa buka WhatsApp dan YouTube tanpa repot install APK aneh-aneh.”
Spesifikasi dan Teknologi
Meski mengusung desain klasik, BlackBerry versi China ini bukan perangkat nostalgia kosong. Di dalamnya tertanam chipset Qualcomm Snapdragon 7s Gen 2, RAM 8 GB, dan penyimpanan internal 256 GB. Layarnya berukuran 3,5 inci dengan resolusi 1080×1080 piksel, mempertahankan rasio khas persegi yang dulu menjadi ciri khas BlackBerry.
Perangkat ini juga sudah mendukung 5G, WiFi 6E, dan NFC, serta dilengkapi kamera utama 50 MP dengan sensor Sony IMX800.
Baterainya berkapasitas 3.800 mAh, mendukung pengisian cepat 33W via USB-C, dan menggunakan sistem pendingin grafit untuk menjaga suhu tetap stabil saat multitasking.
Dengan kata lain, meski tampil retro, performanya tidak kalah dengan smartphone mid-range masa kini.
Reaksi Dunia Teknologi
Kabar tentang kebangkitan BlackBerry Classic versi China ini segera menjadi viral di berbagai platform media sosial seperti Weibo, Reddit, dan X (Twitter). Banyak warganet yang mengaku rindu sensasi mengetik cepat tanpa typo di keyboard fisik, sesuatu yang dianggap hilang dalam revolusi layar sentuh.
“BlackBerry itu dulu bukan cuma HP, tapi simbol efisiensi,” ujar Lina Prasetyo, penulis teknologi di Jakarta, ketika dihubungi kilasanberita.id.
“Sekarang orang kangen rasa ‘klik-klik’ itu. Ini nostalgia yang dibungkus modernitas.”
Sejumlah pengamat menyebut kebangkitan ini bukan sekadar gimmick, tapi bukti bahwa pasar masih terbuka bagi desain berbeda di tengah homogenitas ponsel layar penuh.
Gaya dan Filosofi Desain
BlackBerry Classic selalu dikenal karena karakter: kecil, tangguh, dan elegan. Filosofi itu masih terasa kuat pada versi baru ini.
Pabrikan asal China yang merilis perangkat ini — meski belum mengumumkan nama resminya — menegaskan bahwa mereka ingin “menghormati desain orisinal, tapi menghadirkannya dalam roh baru.”
Bodi logam berpadu dengan back cover kulit sintetis, memberi kesan premium yang jarang ditemukan di smartphone modern.
Tombol pintasan klasik seperti Back, Menu, dan Call tetap dipertahankan, tetapi kini berfungsi sebagai touch-sensitive keys untuk navigasi Android.
Antara Nostalgia dan Kenyataan
Meski banyak yang memuji konsepnya, tak sedikit juga yang skeptis. Beberapa pengulas teknologi menilai ponsel ini masih berisiko menjadi sekadar kolektor item, bukan perangkat harian.
Dengan layar kecil dan rasio persegi, pengalaman menonton video atau bermain game jelas tidak seideal smartphone layar penuh.
Namun di sisi lain, perangkat ini punya daya tarik bagi kalangan profesional yang merindukan pengalaman mengetik cepat tanpa gangguan.
Dalam dunia kerja yang masih didominasi pesan singkat, email, dan dokumen teks, ponsel seperti ini bisa menjadi alat produktivitas yang efisien.
Potensi Pasar dan Nilai Emosional
Menariknya, versi China ini tidak menggunakan nama “BlackBerry” secara resmi karena merek tersebut sudah beralih kepemilikan ke OnwardMobility (yang kini juga tidak aktif).
Namun, desain dan pengalaman yang ditawarkan sangat jelas meniru DNA aslinya.
Menurut bocoran dari toko daring JD.com, perangkat ini akan dijual dalam dua varian warna — hitam klasik dan abu metalik — dengan harga sekitar 3.499 yuan atau Rp7,7 juta.
Harga itu menempatkannya di segmen smartphone menengah atas, terutama bagi pengguna yang mencari kombinasi antara produktivitas dan gaya retro.
“Pasarnya mungkin kecil, tapi sangat loyal,” ujar analis pasar Asia Timur, Chen Hao, kepada Global Times.
“Orang yang pernah memiliki BlackBerry biasanya punya ikatan emosional dengan merek itu. Mereka membeli bukan karena fitur, tapi karena kenangan.”
Simbol Sebuah Era
Lebih dari sekadar perangkat, BlackBerry dulu adalah simbol status, komunikasi bisnis, dan efisiensi digital. Dalam dunia yang kini serba swipe dan scroll, kembalinya desain QWERTY seperti ini seolah mengingatkan pada masa ketika setiap pesan diketik dengan hati-hati, bukan sekadar disuarakan lewat asisten AI.
Versi baru buatan China ini mungkin tidak akan mengubah peta industri smartphone global, tapi ia berhasil membangkitkan sesuatu yang lebih dalam: rasa rindu pada kesederhanaan masa lalu di tengah kecepatan dunia modern.
Penutup
BlackBerry Classic versi China adalah perpaduan unik antara nostalgia dan inovasi. Ia bukan sekadar tiruan, melainkan bentuk penghormatan terhadap ikon teknologi yang pernah mengubah cara manusia berkomunikasi.
Di saat sebagian orang mengejar teknologi paling mutakhir, sebagian lainnya ternyata masih mencari pengalaman yang pernah membuat mereka merasa “nyata” dalam berkomunikasi.
Dan mungkin, ketika jari kembali menari di atas tombol-tombol fisik itu, kita semua diingatkan bahwa dalam dunia yang makin digital, sentuhan manusia tetap tak tergantikan.
Related Keywords: BlackBerry Classic, ponsel QWERTY, HP nostalgia, BlackBerry modern