Detik-detik Terakhir Assyifa: Telepon, Permintaan Maaf, dan Harapan Terakhir
Pada Selasa siang, 9 Desember 2025, gedung Terra Drone di kawasan Cempaka Baru, Kemayoran, Jakarta Pusat terbakar hebat. Lalu lintas api dan asap sangat cepat menyebar, memerangkap banyak pegawai di dalam gedung. Di antara mereka — adalah Assyifa Mulandar, usia 25 tahun — yang kemudian menjadi salah satu dari 22 korban meninggal dalam peristiwa tragis tersebut.
Menurut keterangan keluarga, tepat sekitar pukul 12.45 WIB, Assyifa sempat menelepon sang ibu melalui ponsel. Dalam sambungan itu, ia menyampaikan permintaan maaf dan berpamitan — sebuah ungkapan yang menurut keluarga, terasa seperti pesan terakhir dari seseorang yang sudah menyadari situasi sangat genting.
Menurut adik Assyifa, Alfito (15), dalam telepon itu Assyifa menyampaikan bahwa kantor terbakar dan ia terjebak, tidak bisa turun. “Dia cuma bilang kantor kebakaran dan dia kejebak, tidak bisa turun,” ujarnya. Setelah itu, kontak hilang — pesan pun hanya menunjukkan centang dua tanpa balasan.
Sang tante, yang ditemui di rumah duka, juga menyampaikan bahwa Assyifa meminta keluarga segera datang ke lokasi kebakaran. Namun ketika kakaknya tiba di TKP, Assyifa sudah tiada.
Keluarga kemudian membawa jenazah ke rumah duka — suasana duka mendalam menyelimuti. Di tengah kerumunan pelayat, tetangga, dan kerabat, banyak yang terharu mengenang sosok Assyifa: penyayang, pendiam, dan dikenal sebagai anak rajin.
Siapa Assyifa Mulandar — Sosok di Mata Keluarga & Kerabat
Asal dari Kabupaten Bekasi, Assyifa Mulandar tinggal di Perumahan Pondok Ungu Permai, Cluster Sanur, Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan. Ia dikisahkan oleh adiknya sebagai sosok yang penyayang, terbuka, dan sering memperhatikan keluarganya.
Alfito, sang adik, menyebut bahwa sebelum tragedi mereka sering pergi bersama, dan Assyifa juga sering mengajak jalan atau traktir adiknya. Dia juga dikenal sebagai pekerja yang rajin dan berdedikasi di kantornya — bekerja di Terra Drone dalam bagian administrasi / accounting.
Bagi keluarga dan kerabat, kepergian Assyifa terasa sangat tragis — mendadak dan penuh kepedihan. Banyak doa, pelukan, dan tangisan mewarnai prosesi pemakaman.
Kebakaran Terra Drone: Latar Tragedi dan Skala Korban
Insiden kebakaran di gedung Terra Drone terjadi pada Selasa 9 Desember 2025, sekitar pukul 12.43 WIB. Gedung bertingkat tersebut — berlokasi di Jalan Letjen Suprapto, Cempaka Baru, Kemayoran — dilaporkan terbakar, dengan dugaan awal api berasal dari area penyimpanan baterai drone di lantai dasar.
Dalam kebakaran itu, 22 orang dilaporkan meninggal dunia — dengan mayoritas korban perempuan.Korban tewas — termasuk Assyifa — sebagian besar diduga karena menghirup asap dan gas berbahaya, bukan luka bakar.
Tim forensik dari RS Polri Kramat Jati telah menyelesaikan identifikasi seluruh jenazah korban.
Kejadian ini memicu perhatian luas — bukan hanya tentang kerugian korban, tetapi juga soal standar keselamatan gedung, penyimpanan bahan berisiko (seperti baterai), dan regulasi proteksi kebakaran. Setelah kejadian, sorotan terhadap kelayakan gedung di seluruh Jakarta kembali mengemuka.
Pesan Terakhir & Kepedihan Keluarga: Maaf, Pamit, dan Kenangan
Pesan terakhir Assyifa — lewat telepon yang berisi permintaan maaf dan permintaan keluarga segera datang ke lokasi — menjadi sebuah ingatan yang sangat pilu bagi keluarga. “Dia minta maaf selama hidupnya,” ujar sang tante.
Keluarga masih shock, terutama adik bungsunya Alfito. Dalam wawancara, ia menyatakan bahwa setelah telepon itu, mereka kehilangan kontak — dan tidak menduga bahwa ini akan menjadi panggilan terakhir.
“Sekali telepon itu, pesan terkirim … kemudian hilang,” kenangnya.
Kini, rumah duka menjadi tempat doa bersama, kunjungan pelayat, dan air mata isak tangis. Banyak yang mengenang Assyifa sebagai adik atau sahabat yang baik hati, rendah hati, dan selalu membantu.
Reaksi Publik & Implikasi: Dari Keamanan Gedung Hingga Keselamatan Pekerja
Tragedi di Terra Drone — termasuk kisah Assyifa — kembali mengangkat persoalan serius: apakah gedung perkantoran / gudang dengan bahan berisiko sudah memenuhi standar keselamatan?
Setelah insiden, pihak berwenang di DKI Jakarta menegaskan akan mengevaluasi semua gedung bertingkat untuk kelayakan proteksi kebakaran — karena dugaan pelanggaran terhadap standar atau kealpaan bisa jadi pemicu utama.
Banyak keluarga korban menuntut transparansi: sebab musabab kebakaran, apakah prosedur keselamatan sudah dilaksanakan, dan siapa yang bertanggung jawab atas nyawa yang hilang. Korban bukan sekadar angka — mereka adalah nyawa, harapan, dan masa depan.
Refleksi: Nama, Kenangan, dan Pesan bagi Seluruh Pekerja & Keluarga
Kisah Assyifa Mulandar bukan hanya cerita duka satu keluarga — melainkan peringatan keras bagi seluruh pekerja, perusahaan, dan pengelola gedung: bahwa keselamatan tidak bisa ditawar, standar proteksi bukan sekadar formalitas, dan manusia tidak boleh dianggap sebagai biaya produksi.
Pesan terakhir Assyifa — maaf dan pamitan — selayaknya diingat sebagai panggilan nyata tentang kemanusiaan: bahwa setiap nyawa berharga, dan tragedi bisa terjadi kapan saja jika kita lengah.
Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan, dan tragedi ini menjadi momentum perubahan serius — agar kejadian serupa tak terulang dan keamanan pekerja serta masyarakat bisa terjamin.
| Fakta | Detail |
|---|---|
| Korban | Assyifa Mulandar, 25 tahun, warga Bekasi |
| Kejadian | Kebakaran gedung Terra Drone, Kemayoran, Jakarta Pusat — 9 Desember 2025 |
| Pesan Terakhir | Telepon ke ibu, minta maaf dan pamit; minta keluarga datang ke TKP |
| Korban Tewas | 22 orang, mayoritas perempuan |
| Status | Jenazah telah diidentifikasi di RS Polri, keluarga duka di Bekasi |
| Sorotan Pasca Peristiwa | Kelayakan gedung, standar proteksi kebakaran, regulasi keselamatan kerja |

