Kemdiktisaintek Luncurkan Beasiswa Pra-Doktoral untuk Perguruan Tinggi 3T dan Daerah Afirmasi di Bidang Sains Dasar & Keteknikan
Jakarta, 2025 — Kemdiktisaintek resmi menghadirkan program beasiswa pra-doktoral khusus bagi dosen di perguruan tinggi yang berada di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar) serta daerah afirmasi. Program ini difokuskan pada bidang sains dasar dan keteknikan, sebagai bagian dari strategi nasional untuk memperluas akses pendidikan tinggi dan penguatan sumber daya manusia di seluruh Nusantara.
Kementerian menyebut bahwa beasiswa ini tidak hanya bersifat prestise, tetapi langkah nyata dalam memperkuat pemerataan kualitas akademik, mengurangi kesenjangan wilayah, dan menyiapkan dosen-dosen dari daerah kurang terlayani agar mampu menempuh studi doktoral dan berkontribusi pada riset nasional.
Apa Itu Beasiswa Pra-Doktoral 3T dan Daerah Afirmasi?
Program ini dirancang sebagai kursus persiapan (bridging) untuk studi doktoral, dengan durasi satu semester (± 4 bulan) yang terdiri dari dua bulan daring dan dua bulan luring di perguruan tinggi penyelenggara. Peserta adalah dosen tetap dari perguruan tinggi di wilayah 3T atau daerah afirmasi—artinya fokus pada daerah-daerah yang selama ini memiliki tantangan akses dan kualitas pendidikan tinggi.
Dalam program, peserta akan mendapatkan pembekalan akademik dan administratif, penguatan tentang riset, kemampuan bahasa Inggris, persiapan proposal, serta akses ke jaringan akademik di PT-unggulan. Rangkaian ini bertujuan agar setelah mengikuti program pra-doktoral, dosen tersebut siap melanjutkan ke jenjang S3 dengan kualitas yang lebih tinggi.
Sasaran & Bidang Studi
Bidang studi yang ditekankan adalah sains dasar (misalnya fisika fundamental, kimia, biologi) dan keteknikan (teknik mesin, elektro, material, teknik industri). Pemilihan bidang ini relevan dengan visi pembangunan teknologi, inovasi, dan penguasaan keilmuan yang menjadi kunci keberlanjutan nasional.
Misalnya, dosen di perguruan tinggi di daerah lapisan pinggiran yang selama ini kesulitan akses ke riset dan infrastruktur, kini mendapat kesempatan persiapan studi doktoral dengan dukungan nyata dari pemerintah.
Durasi, Skema Pelaksanaan & Seleksi
Program dilaksanakan selama satu semester atau empat bulan: dua bulan dalam format daring (online) dan dua bulan luring (tatap muka) di kampus yang menjadi tuan rumah program. Pojoksatu Pendaftaran dibuka secara daring melalui portal resmi hingga batas waktu yang ditentukan.
Seleksi melibatkan serangkaian tahap: verifikasi administrasi, penilaian proposal riset, tes bahasa Inggris, wawancara, dan komitmen dosen untuk melanjutkan studi doktoral setelah selesai program. Penerima nantinya menandatangani kontrak kerja antara PT penyelenggara dan Direktorat Sumber Daya Kemdiktisaintek.
Dampak & Harapan Pemerintah
Kemdiktisaintek menyatakan bahwa program ini diharapkan dapat membawa dampak strategis berikut:
- Peningkatan kualitas dosen di daerah 3T dan afirmasi → memperkuat kapasitas institusi lokal.
- Mengurangi kesenjangan pendidikan tinggi antar wilayah di Indonesia.
- Memperkuat riset nasional, terutama di bidang sains dan teknik, dengan dosen-doktor dari berbagai daerah membuat riset yang relevan secara kontekstual.
- Peningkatan akses ke jenjang doktoral bagi dosen yang sebelumnya terkendala oleh fasilitas, biaya, dan jaringan.
Dengan adanya program ini, dosen yang berada di kampus-kampus di wilayah pinggiran tak lagi harus merasa terisolasi—melainkan mendapatkan jalur yang lebih jelas untuk naik ke jenjang tertinggi dan turut membangun institusi tempatnya.
Tantangan & Hal yang Perlu Diperhatikan
Walaupun program sangat positif, terdapat sejumlah tantangan yang disebut oleh para pemerhati pendidikan tinggi:
- Infrastruktur dan fasilitas di kampus 3T
Meskipun dosen mendapat kesempatan studi, institusi asal mereka tetap perlu didukung agar setelah donut doktoral, riset dan publikasi dapat diteruskan di kampus asal. - Retensi setelah studi
Tantangannya adalah dosen yang selesai studi doktoral tetap kembali ke institusi asal dan tidak “tertelan” pindah ke kota besar—agar institusi di daerah makin kuat. - Relevansi riset terhadap daerah
Agar benar-benar meningkatkan kualitas lokal, riset doktoral dari program ini harus relevan dengan tantangan dan kebutuhan wilayah 3T maupun afirmasi (teknologi tepat guna, sains lokal, sustainable engineering). - Pendanaan & keberlanjutan program
Program jangka pendek saja tidak cukup; harus ada lanjutan bagi dosen agar bisa menerbitkan publikasi, mentor, hingga memimpin riset di kampusnya. - Evaluasi dampak jangka panjang
Perlu ada sistem monitoring yang memastikan bahwa program ini memang meningkatkan kualitas pendidikan tinggi dan tidak hanya menjadi “label beasiswa”.
Cara Mendaftar & Syarat Umum
Beberapa syarat umum yang perlu diperhatikan oleh calon peserta:
- Warga Negara Indonesia (WNI) dan dosen tetap di PT wilayah 3T atau afirmasi.
- Usia maksimal tertentu (tergantung pengumuman spesifik).
- Telah mempunyai gelar magister (S2) dan belum memiliki gelar doktor (atau belum menempuh S3).
- Mempunyai komitmen untuk melanjutkan ke studi doktoral dan kembali ke institusi asal.
- Mampu membuat proposal riset dan personal statement untuk program.
Pendaftaran dibuka secara daring melalui portal Kualifikasi Dikti, dengan tahap upload dokumen, seleksi, dan pengumuman penerima.
Kisah Dosen & Institusi yang Merasakan Manfaat
Walaupun masih baru, beberapa dosen dari kampus di wilayah 3T telah menyambut program ini dengan antusias. Mereka melihat bahwa peluang seperti ini sebelumnya jarang terbuka. Contohnya dosen dari kampus di Papua atau kawasan terluar yang kini punya akses ke program persiapan doktoral bersama PT besar.
Institusi asal kampus pun berharap bahwa setelah dosen kembali, mereka akan menjadi agen perubahan yang membawa metode riset baru, kelas lanjutan, dan kolaborasi riset yang meningkatkan reputasi kampus.
Kesimpulan
Program Beasiswa Pra-Doktoral bagi dosen di daerah 3T dan afirmasi yang dibuka oleh Kemdiktisaintek merupakan langkah strategis yang sangat penting bagi pemajuan pendidikan tinggi di Indonesia. Dengan fokus pada sains dasar dan keteknikan, program ini tidak hanya meningkatkan kualitas individu dosen, tetapi juga memperkuat institusi dan memupuk riset yang dapat membawa dampak nyata di daerah-daerah yang selama ini tertinggal akses serta fasilitasnya.
Meskipun tantangan masih besar—termasuk infrastruktur, pengembalian dosen ke institusi, dan relevansi riset—komitmen pemerintah melalui program ini menjadi sinyal positif bahwa pemerataan pendidikan tinggi dan penguatan sains bukan hanya jargon, melainkan aksi nyata.
Bagi para dosen di wilayah 3T maupun afirmasi yang memenuhi syarat, ini adalah peluang emas untuk naik ke jenjang doktoral dan menjadi aktor perubahan di institusi masing-masing.

