Alarm di Industri Komponen Otomotif: PHK Masif Imbas Banjir Mobil CBU
Pendahuluan: Impor Ekspor Bikin Industri Lokal Tertekan
Upaya meningkatkan efisiensi melalui impor kendaraan jadi pukulan berat bagi industri komponen otomotif nasional. Kini, hadir laporan mengkhawatirkan bahwa beberapa pabrik suku cadang — terutama untuk truk tambang — melakukan pengurangan tenaga kerja hingga 50%. PHK massal ini menjadi simbol krisis mendalam di sektor ini.
Sumber utama informasi ini diungkap langsung oleh GIAMM (Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor) melalui CNBC Indonesia.
Penyebab: Lonjakan Impor CBU Truk Tambang dari China
Sekretaris Jenderal GIAMM, Rachmat Basuki, menyampaikan tren pemutusan hubungan kerja telah terjadi sejak pertengahan 2024. Sekarang, kondisi makin memburuk karena maraknya impor truk tambang utuh (CBU) dari China — diperkirakan mencapai 14.000 unit di tahun ini saja. Rachmat mengungkapkan angka PHK pada anggota bervariasi antara 3% hingga 23%, tergantung jenis industri komponen.
Peningkatan impor ini menekan permintaan lokal yang kini merosot tajam.
Dampaknya: Penurunan Penjualan Kendaraan Domestik
Sektor otomotif secara keseluruhan mengalami kemerosotan: penjualan mobil secara ritel turun sebesar 10,8%, dari 508.041 menjadi 453.278 unit (Januari–Juli 2025). Sementara penjualan grosir merosot 10,1%, dari 484.250 menjadi 435.390 unit.
Di sisi lain, penjualan mobil listrik sedang naik daun, tetapi kendaraan tersebut justru tidak menyertakan komponen lokal sebanyak mobil konvensional, sehingga industri komponen tetap merasakan kontraksi tajam (hilangnya pasar lebih dari 38%).
” Kebanyakan dari anggota yang melakukan pengurangan karyawan perusahaan PMDN yang belum punya kemampuan ekspor atau hanya mengandalkan suplai dalam neger,” ujar Rachmat.
Strategi Adaptasi: Dari Diversifikasi hingga Ekspansi Ekspor
Beberapa industri komponen mulai bergerak menyelamatkan bisnis melalui:
- Diversifikasi produk ke sektor selain otomotif (maritim, pertambangan, aviasi).
- Fokus ekspor komponen seperti wiring harness ke AS.
- Efisiensi operasional dan inovasi untuk menjaga daya saing.
Meskipun demikian, tidak semua produsen bisa bertahan — beberapa terpaksa mengurangi tenaga kerja hingga hampir separuh.
Pemerintah Dituntut Bertindak Cepat
GAIKINDO menyerukan respons cepat dari pemerintah dalam bentuk kebijakan protektif. Salah satunya, usulan mengaktifkan kembali PPnBM DTP (PPnBM ditanggung pemerintah) untuk produk lokal dengan tingkat kandungan lokal tinggi (>60%). Kebijakan ini dianggap terbukti efektif saat pandemi, mampu mengerek penjualan sekaligus menjaga omset industri komponen.
Perbandingan dengan Tren Global
Fenomena PHK bukan unik terjadi di Indonesia. Pada skala global, produsen besar seperti Honda, Volkswagen, dan GM juga melakukan PHK ratusan hingga ribuan karyawan karena pergeseran ke EV dan tantangan pasar. Namun, di dalam negeri, kekhawatiran terhadap kehilangan lapangan kerja jauh lebih masif karena latar belakang ekonomi yang lebih rentan.
Data Snapshot: Gambaran Krisis Saat Ini
Faktor Tantangan | Dampak pada Industri Komponen |
---|---|
Impor truk tambang CBU dari China | Tekanan harga, penurunan permintaan |
Penjualan kendaraan domestik turun | Turunnya pesanan bagi komponen lokal |
Komponen EV minim kandungan lokal | Minim serapan pasar bagi industri lokal |
PHK massal (>3–23%) | Risiko sosial dan ekonomi meningkat |
Perlu diversifikasi & efisiensi | Penyelamatan bertahap oleh pengusaha |
Usulan PPnBM DTP | Berharap pemulihan permintaan lokal |
Kesimpulan: Sektor Komponen di Persimpangan
Industri komponen otomotif nasional saat ini berada di persimpangan: pasokan turun, pasar lokal menyusut, dan teknologi baru mengurangi kebutuhan komponen. Langkah diversifikasi, efisiensi, dan kebijakan strategis dari pemerintah menjadi kunci untuk mencegah keruntuhan lebih luas. Jika tidak segera direspons, gelombang PHK bisa berdampak jangka panjang pada ekonomi daerah dan ketahanan industri nasional.
