Apa maksudnya ? Profesor IPB Sebut Ultra Processed Food DIi MBG Bergizi Cukup ?
Jakarta — Institut Pertanian Bogor (IPB) menyampaikan pendapat yang cukup mengejutkan : bahwa ultra processed food(makanan sangat olahan) yang dijual di MBG (Mal / pusat perbelanjaan di Bogor / atau MBG—nama tempat; konteks tepatnya di artikel Kompas) memiliki kandungan “bergizi cukup”. Pernyataan ini memantik reaksi beragam dari berbagai pihak: kalangan akademisi, konsumen, hingga praktisi kesehatan dan pangan.
Berita ini akan menyajikan latar belakang, apa maksud “bergizi cukup” dalam konteks UPF, reaksi berbagai pihak, serta implikasi pernyataan tersebut bagi kebijakan pangan dan konsumsi masyarakat.
Latar Belakang: Apa Itu Ultra Processed Food?
Sebelum menelaah lebih dalam, penting memahami definisi ultra processed food (UPF). UPF adalah makanan yang mengalami banyak tahap pemrosesan industri, mengandung bahan tambahan seperti pengawet, pemanis buatan, pewarna, dan tekstur yang diubah. Contoh: sosis, burger cepat saji, minuman ringan, produk instan dan snack pabrik.
Biasanya, UPF dikaitkan dengan risiko kesehatan seperti obesitas, tekanan darah tinggi, gangguan metabolik, dan penyakit tidak menular lainnya. Namun, konteks bisa lebih kompleks jika melihat kandungan makro/mikronutrien dalam produk-produk UPF tertentu.
Apa Maksud “Bergizi Cukup”?
Kalau seorang pakar menyebut UPF di MBG “bergizi cukup,” kemungkinan besar maksudnya adalah:
Meskipun makanan tersebut tergolong olahan, ia masih mengandung kalori, protein, lemak, karbohidrat, dan beberapa mikro (vitamin/mineral) dalam kadar tertentu.
Praktisi kesehatan masyarakat menekankan pentingnya edukasi konsumen agar tidak menjadikan UPF sebagai makanan utama rutin.
Sebagian mahasiswa / warga kota menganggap pernyataan tersebut relevan dalam situasi praktis: ketika tidak ada waktu, UPF bisa menjadi solusi cepat, tetapi harus dilengkapi dengan sayur/buah bila memungkinkan.
Beberapa media lokal dan media sosial ramai memperdebatkan apakah pernyataan itu bisa dijadikan justifikasi bahwa “makanan cepat saji itu sehat” — yang tentu saja berisiko jika disalahartikan.
Konteks Lokal: MBG & Kebiasaan Konsumsi
MBG yang disebut kemungkinan adalah pusat perbelanjaan di Bogor (atau kota dekatnya), tempat banyak gerai makanan cepat saji dan snack olahan. Di lokasi semacam itu:
Konsumen cenderung mencari makanan praktis dan cepat, sehingga pilihan jatuh pada UPF.
Banyak produk UPF yang dikemas dengan label nilai gizi (energi, protein, lemak) agar terlihat “bergizi”.
Namun konsumen kadang kurang melihat kandungan gula, sodium, lemak jenuh, dan bahan tambahan lainnya.
Pergeseran pola mindset konsumen
Masyarakat bisa jadi lebih santai terhadap konsumsi UPF, menganggapnya tidak berbahaya jika dikonsumsi “cukup”. Tanpa edukasi tambahan, itu bisa berbahaya.
Perlu pengawasan kualitas & fortifikasi
Agar UPF bisa lebih “bergizi”, produsen mungkin didorong melakukan fortifikasi (menambah vitamin/mineral) atau memperbaiki komposisi lemak/jumlah gula-garam.
Kebijakan pangan inklusif
Pemerintah daerah bisa menggunakan data ini untuk merumuskan standar pangan di pusat kota, memperketat pengawasan makanan olahan di lokasi seperti MBG, mall, kampus.
Edukasi publik yang lebih masif
Masyarakat harus diberikan pemahaman bahwa istilah “cukup” bukan berarti aman dikonsumsi tanpa batas.
Tantangan dan Catatan Penting
Ambiguitas makna “cukup”
Kata “cukup” sangat relatif — cukup untuk dasar, cukup dalam konteks tertentu — tapi tidak sama dengan “sehat ideal”.
Perbedaan jenis UPF
Tidak semua UPF sama; ada yang sangat buruk (minuman bersoda tinggi gula), dan ada yang lebih “ringan” (produk susu olahan rendah gula, snack gandum diperkaya, dsb.).
Data & penelitian lokal
Perlu data konkret kandungan gizi dari UPF di MBG agar bisa dibandingkan dengan standar gizi nasional. Tanpa data, klaim “bergizi cukup” sulit dipertanggungjawabkan.
Risiko jangka panjang
Konsumsi UPF dalam jangka panjang tetap memiliki potensi dampak buruk pada metabolisme, penyakit kardiovaskular, dan kesehatan umum.
Tips Bijak Konsumsi UPF
Agar tidak salah kaprah, berikut beberapa tips bagi konsumen:
Baca label nutrisi: perhatikan kandungan gula, sodium, lemak jenuh.
Kombinasikan dengan sayur, buah, dan sumber protein segar bila memungkinkan.
Batasi frekuensi konsumsi UPF — jadikan sebagai pelengkap, bukan makanan utama.
Pilih varian UPF yang lebih sehat (rendah gula, sedikit bahan tambahan, fortifikasi).
Jaga pola minum air putih agar tidak tergantung pada minuman manis olahan.
Kesimpulan
Pernyataan seorang profesor IPB bahwa UPF di MBG “bergizi cukup” membuka diskusi menarik tentang bagaimana kita memandang makanan olahan. Meskipun pernyataan tersebut mungkin memiliki konteks pragmatis, ia sangat tergantung pada definisi dari “cukup” dan bagaimana masyarakat menginterpretasikannya.
Yang jelas, konsumsi UPF tetap memerlukan kewaspadaan, edukasi, dan regulasi agar asupan gizi masyarakat tetap ideal, bukan hanya cukup.
