KesehatanMakanan

Budi Gunadi Sadikin Apresiasi Tren Jajanan Kukusan Viral: Ajak Lebih Banyak Jual Makanan Sehat

Jakarta — Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyambut positif tren jajanan sehat berupa makanan kukus–kukusan yang viral di media sosial. Dia berharap agar semakin banyak pedagang yang menawarkan opsi makanan bergizi sebagai alternatif dari jajanan cepat saji yang tinggi gula, garam dan lemak (GGL).


Jajanan Kukusan yang Viral

Sejumlah pedagang di kawasan Stasiun Sudirman, Jakarta Selatan, dilaporkan mulai menjual jenis sarapan berbasis kukusan seperti ubi, singkong, pisang, talas, kacang, jagung dan sukun. Satu paket biasanya dijual dengan harga sekitar Rp 10.000.—untuk tiga pilihan jenis kukusan.
Momen viralnya datang ketika video atau unggahan di platform seperti TikTok menunjukkan bagaimana jajanan kukus ini menjadi alternatif yang “lebih sehat” dibanding gorengan atau camilan manis. Menteri Kesehatan menyatakan:

“Iya lumayan itu banyak di TikTok saya lihat jutaan yang viral, saya senang. Lebih banyak makan-makanan sehat, sarapan sehat.”


Ajakan untuk Pedagang dan Masyarakat

Budi Gunadi menekankan bahwa perubahan pola makan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat dan pelaku usaha makanan:

  • Ia mendorong lebih banyak pedagang yang menyediakan pilihan makanan bergizi—termasuk kukusan, rebusan dan real-food yang kaya serat.
  • Ia menyatakan bahwa pola makan sehat wajib kaya gizi, melibatkan karbohidrat kompleks, buah-buahan, serat serta protein nabati dan hewani.
  • Dengan tren kukusan ini, pemerintah berharap bisa melihat perubahan dari konsumsi dominan makanan penuh gula dan lemak ke makan yang lebih moderat dan seimbang.

Manfaat Kukus dalam Pola Makan Sehat

Metode kukus memiliki sejumlah keunggulan dibanding makanan yang digoreng, antara lain:

  • Mengurangi penggunaan minyak dan lemak jenuh—yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan metabolik.
  • Mempertahankan lebih banyak nutrisi seperti serat dan vitamin dibanding proses penggorengan intensif.
  • Memberikan kenyang yang lebih lama karena bahan utama (ubi, pisang, jagung) memiliki indeks glikemik lebih rendah dan kandungan serat yang menyehatkan.

Tren makanan kukus yang viral—termasuk di kalangan Gen-Z sebagai sarapan pilihan—menjadi sinyal positif bahwa masyarakat semakin sadar akan kebutuhan gizi.


Tantangan yang Harus Dihadapi

Meskipun tren ini menjanjikan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar dampak positifnya maksimal:

  • Ketersediaan dan aksesibilitas: Jajanan sehat seperti kukusan harus tersedia di banyak lokasi dan mudah dijangkau, tidak hanya di area pusat kota.
  • Kualitas gizi: Penjual harus memastikan bahwa kukusan yang disajikan memang terbuat dari bahan alami tanpa tambahan gula atau pemrosesan tinggi yang bisa mengurangi manfaat.
  • Pendidikan konsumen: Masyarakat perlu edukasi bahwa “makanan sehat” bukan hanya tampilan viral, tetapi juga komposisi gizi, porsi dan frekuensi konsumsi.
  • Pengawasan regulasi: Pemerintah perlu memastikan label, izin usaha dan persyaratan hygiene dipenuhi agar jajanan sehat benar-benar aman dan terjangkau.

Implikasi untuk Kebijakan Kesehatan Publik

Pernyataan Menteri Kesehatan ini memiliki arti strategis dalam kerangka kebijakan nasional:

  • Memperkuat kampanye diet seimbang dan makanan bergizi sebagai bagian dari program kesehatan publik.
  • Menunjukkan bahwa transformasi pola makan bisa terjadi melalui kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha dan tren digital/media sosial.
  • Menjadi dasar untuk pengembangan usaha mikro dan kecil di sektor makanan sehat—yang bisa mendorong ekonomi lokal sekaligus kesehatan masyarakat.
  • Menandai bahwa dukungan terhadap opsi makanan sehat bukan generik, tetapi juga spesifik: misalnya kukusan sebagai alternatif sarapan sehat yang viral dan mudah diakses.

Kesimpulan

Menanggapi tren jajanan kukusan yang viral, Menteri Budi Gunadi Sadikin memberi sambutan hangat dan mengajak agar pilihan makanan sehat terus diperluas. Dengan pergeseran konsumsi dari makanan tinggi gula, garam dan lemak ke pilihan yang lebih bergizi, masyarakat bisa memperoleh manfaat nyata bagi kesehatan—termasuk pengurangan risiko obesitas, penyakit jantung dan sindrom metabolik.
Namun, untuk mewujudkan perubahan ini secara massal, berbagai pihak harus bergerak: pedagang harus menyediakan pilihan yang benar-benar sehat; konsumen harus diperlengkapi dengan informasi; serta pemerintah harus mendukung dari sisi regulasi, edukasi dan akses. Bila semua komponen ini berjalan, viralnya makanan kukus bisa menjadi kisah sukses perubahan gaya hidup menuju masyarakat yang lebih sehat.