5 Hidangan Nusantara yang Masuk Daftar 100 Makanan Terbaik Dunia versi TasteAtlas 2025
Jakarta — Kabar menggembirakan datang dari dunia kuliner Indonesia. Sebanyak lima makanan khas Tanah Air berhasil menembus daftar 100 Best Dishes in the World 2025 versi platform kuliner internasional TasteAtlas.
TasteAtlas menyusun peringkat tersebut berdasarkan 367.847 penilaian valid dari pecinta kuliner di seluruh dunia, yang mencakup 11.258 jenis masakan tradisional.
Berikut lima hidangan khas Indonesia yang mengukir prestasi global:
1. Rawon — Sup Hitam Ikonik dari Jawa Timur
Rawon menduduki peringkat ke-8 dalam daftar tersebut, membuatnya menjadi satu dari hidangan Indonesia dengan pengakuan internasional paling kuat.
Sup daging ini berasal dari Jawa Timur, dengan kuah pekat berwarna hitam yang berasal dari kluwek, salah satu bumbu khas Nusantara.
Secara tradisional, rawon disajikan bersama nasi putih, telur asin, tauge, dan sambal — kombinasi sederhana yang justru mampu menghadirkan cita rasa kaya dan mendalam.
2. Pempek — Camilan Palembang yang Mendunia
Dari Palembang, Sumatera Selatan, datang pempek, jajanan ikan berbahan dasar ikan giling dan tepung tapioka.
Pada daftar TasteAtlas, pempek menempati posisi ke-23.
Ciri khas pempek adalah sajiannya yang disertai kuah cuko — rasa asam, manis, dan pedas yang seimbang — serta pelengkap seperti irisan timun dan mie kuning.
Menurut catatan sejarah kuliner, pempek telah ada sejak era Kerajaan Sriwijaya dan sempat disebut “kelesan” pada masa lampau sebelum menjadi camilan popular.
3. Nasi Goreng Ayam — Versi Nusantara dari Hidangan Nasional
Salah satu versi nasi goreng Indonesia, yaitu nasi goreng ayam, juga mendapat pengakuan sebagai hidangan terbaik dunia versi TasteAtlas.
Hidangan ini menempati urutan ke-33, berdasarkan rating dan penilaian pecinta kuliner global.
Terbuat dari nasi yang ditumis bersama potongan ayam, bawang, dan bumbu khas Nusantara, nasi goreng ayam lazim disajikan dengan kerupuk dan kadang telur ceplok.
Meskipun nasi goreng bukanlah masakan eksklusif Indonesia (versi serupa ditemukan di negara tetangga), variasi lokalnya dianggap unik dan menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan kuliner Nusantara.
4. Gulai — Kari Nusantara yang Kaya Rempah
Gulai, hidangan berkuah santan penuh rempah, menempati posisi ke-44 dalam daftar TasteAtlas.
Masakan ini berasal dari Sumatera dan memiliki banyak varian: daging sapi, ayam, jeroan, ikan bahkan sayuran bisa menjadi bahan utama gulai.
Gulai sering dibandingkan dengan kari ala India karena tekstur kuahnya yang kental dan kompleksitas rasa rempahnya.
5. Rendang — Kelezatan Rempah dari Minangkabau
Tidak ketinggalan, rendang yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, juga menjadi bagian dari daftar prestisius ini dengan peringkat ke-67.
Rendang dikenal karena proses memasaknya yang lama dan penggunaan rempah yang sangat kaya, menghasilkan daging empuk dan rasa yang mendalam.
Menurut catatan lokal, rendang bukan hanya hidangan lezat tetapi juga simbol budaya. Proses memasak yang panjang dahulu digunakan sebagai cara untuk mengawetkan daging sebelum dibawa oleh perantau Minangkabau.
Makna Global dari Pengakuan Internasional
Prestasi ini menegaskan bahwa kuliner Indonesia tidak hanya digemari di dalam negeri, tetapi juga mendapat tempat di hati pecinta makanan dunia.
Platform TasteAtlas, yang merepresentasikan pandangan global tentang hidangan tradisional dari berbagai negara, tidak hanya menilai rasa, tetapi juga keaslian, tradisi, dan nilai budaya di balik tiap sajian.
Menurut Liputan6, hasil ini juga menunjukkan bahwa cita rasa Nusantara semakin diakui di panggung kuliner global, bersaing dengan hidangan khas dari belahan dunia lain.
Konteks Budaya dan Parlemen Kuliner Nusantara
Pengakuan dari TasteAtlas menjadi semacam validasi atas keragaman kuliner Indonesia. Hidangan seperti rawon dan rendang, yang kaya nilai sejarah dan budaya, dianggap tak hanya sekadar makanan, tetapi representasi warisan komunitas.
Dengan rawon di peringkat delapan dunia, misalnya, ini menjadi kebanggaan bagi warung-warung dan restoran kecil di Jawa Timur yang menjaga cita rasa otentik dari generasi ke generasi.
Sementara itu, pempek sebagai jajanan kaki lima asal Palembang mendapatkan spotlight global, memperkuat posisi kuliner jalanan Indonesia di mata dunia.
Tantangan dan Peluang
Meskipun prestasi ini patut dibanggakan, ada tantangan penting di baliknya:
- Standarisasi Rasa: Untuk menjaga nilai internasional, chef dan pelaku kuliner lokal perlu mempertahankan keaslian rasa saat menyesuaikan diri dengan standar global.
- Promosi Wisata Kuliner: Pemerintah daerah bisa memanfaatkan pengakuan ini untuk meningkatkan pariwisata kuliner. Tur kuliner berbasis hidangan TasteAtlas bisa menjadi daya tarik wisata baru.
- Sustainabilitas Bahan Lokal: Beberapa bahan khusus (seperti kluwek untuk rawon) harus dipertahankan secara lestari agar pasokan dan kualitas tetap terjaga.
- Edukasi Kuliner: Masyarakat global perlu dibekali cerita di balik setiap hidangan — tidak hanya rasa, tetapi juga sejarah, teknik, dan filosofi masakan.
Penutup
Penghargaan 100 Best Dishes in the World 2025 versi TasteAtlas membawa angin segar bagi kuliner Indonesia. Rawon, Pempek, Nasi Goreng Ayam, Gulai, dan Rendang—lima hidangan Nusantara yang masuk daftar bergengsi tersebut — menunjukkan bahwa cita rasa lokal mampu bersaing di panggung dunia.
Kemenangan ini bukan hanya soal rasa, tetapi juga tentang identitas budaya Indonesia yang diakui secara global. Semoga prestasi ini semakin menginspirasi para pelaku kuliner lokal untuk terus mempertahankan keaslian rasa sekaligus berinovasi agar kuliner Indonesia semakin dikenal dan dihargai dunia.

