Harga Pangan 8 Oktober 2025: Beras Turun Tipis, Ikan Naik Signifikan
Jakarta, 8 Oktober 2025 — Perubahan harga bahan pangan di pasar nasional pada Rabu (8/10) menunjukkan dinamika yang menarik. Meskipun harga beras mengalami penurunan tipis, sejumlah komoditas ikan justru melonjak cukup signifikan. Data dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan pantauan pasar ritel mencerminkan kondisi supply-demand dan tekanan biaya logistik yang sedang berjalan.
Menurut data panel harga harian Bapanas, penurunan harga terjadi pada beberapa jenis beras:
Beras premium turun dari sekitar Rp 16.046 per kg menjadi Rp 15.953 per kg
Beras medium dari sekitar Rp 13.884 ke Rp 13.669 per kg
Beras SPHP (program stabilitas pangan) juga mengalami penurunan tipis dari Rp 12.535 menjadi Rp 12.472 per kg
Selain beras, komoditas lain seperti bawang merah juga mencatat penurunan harga, misalnya dari Rp 38.562 menjadi Rp 38.406 per kg.
Namun, tidak semua komoditas mengikuti tren penurunan. Berikutnya kita saksikan komoditas dengan tekanan naik.
Komoditas yang Melonjak: Ikan Jadi Pusat Perhatian
Menjadi sorotan utama dalam pergeseran harga hari ini adalah kenaikan pada sejumlah jenis ikan:
Ikan kembung naik dari Rp 41.948 per kg menjadi Rp 43.556 per kg
Ikan tongkol juga naik dari Rp 34.878 menjadi Rp 35.992 per kg
Ikan bandeng naik dari Rp 35.198 menjadi Rp 35.724 per kg
Kenaikan ini memperlihatkan bahwa sektor perikanan dan rantai distribusi masih menghadapi tantangan tersendiri, berbeda dari tren sebagian besar bahan pokok lainnya yang menurun.
Beberapa komoditas pangan lain juga menunjukkan pergeseran harga:
Minyak goreng kemasan naik sedikit ke Rp 21.160 per liter
Minyak goreng curah dan Minyakita mencatat penurunan—masing-masing ke sekitar Rp 17.382 dan Rp 17.031 per liter
Gula konsumsi naik tipis dari Rp 18.055 ke Rp 18.155 per kg
Daging sapi murni mengalami koreksi ke Rp 134.326 per kg
Daging ayam ras turun sedikit menjadi Rp 38.088 per kg
Telur ayam ras justru naik tipis ke Rp 30.342 per kg
Sementara itu, komoditas impor seperti daging kerbau beku juga mencatat penurunan harga dengan cukup signifikan.
Harga ikan yang naik kemungkinan disebabkan oleh kendala pasokan laut, ongkos transportasi, dan musim tangkapan ikan yang fluktuatif.
Jarak, transportasi dan penanganan bisa menambah margin di sektor perikanan yang sering memerlukan penanganan khusus (pendingin, pengiriman cepat).
Permintaan lokal & global
Permintaan dari konsumen maupun sektor industri bisa menekan harga jika stok terbatas.
Kebijakan dan intervensi pemerintah
Program stabilisasi pangan (seperti SPHP) dapat mendorong harga jenis tertentu agar tetap terkendali.
Musim & kondisi alam
Kondisi cuaca, musim penangkapan ikan, dan kelangkaan tangkapan laut turut memengaruhi harga ikan.
Bagi Konsumen:
Penurunan harga beras dan beberapa bahan pokok menjadi kabar baik bagi masyarakat luas, terutama kelompok berpenghasilan menengah ke bawah. Namun kenaikan harga ikan bisa menambah beban belanja keluarga, karena ikan merupakan sumber protein penting.
Pedagang ikan mungkin meraih margin lebih tinggi, namun mereka juga memikul risiko lebih besar dari biaya operasional tinggi. Nelayan yang gagal tangkap bisa tertekan jika harga input (bahan bakar, es, transportasi) melonjak.
Penting untuk memantau kenaikan komoditas kritis seperti ikan agar fluktuasi harga tidak terlalu membebani konsumsi rakyat. Intervensi subsidi, kemudahan distribusi, dan pemantauan rantai pasokan akan menjadi kunci stabilitas.
Kenaikan harga ikan kemungkinan tidak bersifat permanen jika pasokan laut kembali pulih dan distribusi maupun biaya logistik membaik. Namun, jika kendala dalam penangkapan atau distribusi terus berlanjut, tekanan harga bisa berlanjut. Pemerintah dan instansi terkait perlu memastikan bahwa kenaikan ini tidak meluas ke seluruh sektor pangan primer.
