GlobalPengetahuan umum

Australia Larang Anak di Bawah Umur Gunakan Media Sosial, Ini Manfaatnya

Jakarta — Pemerintah Australia membuat gebrakan baru di bidang regulasi digital dengan mengumumkan rencana pelarangan penggunaan media sosial bagi anak di bawah umur tertentu. Langkah ini menandai pergeseran besar dalam cara negara menangani isu keamanan digital, kesehatan mental, dan perlindungan anak di era serba daring.

Kebijakan ini muncul setelah berbagai penelitian menunjukkan dampak signifikan media sosial terhadap perkembangan psikologis anak. Dari meningkatnya kasus perundungan siber hingga masalah citra diri, pemerintah Australia menilai perlu ada intervensi serius.


Latar Belakang Regulasi

Australia selama beberapa tahun terakhir aktif mengawasi platform digital. Komisi E-Safety negara itu sudah memegang mandat untuk memantau konten daring berbahaya. Namun, kasus kesehatan mental remaja yang terus meningkat membuat pemerintah melangkah lebih jauh dengan membatasi akses sejak usia dini.

Menurut rancangan regulasi baru, anak di bawah 16 tahun tidak boleh memiliki akun media sosial sendiri. Platform diwajibkan menerapkan verifikasi usia yang lebih ketat dan menghadapi denda besar bila melanggar.

Langkah ini sejalan dengan tren global. Beberapa negara bagian di Amerika Serikat, misalnya, mulai mempertimbangkan regulasi serupa. Uni Eropa juga menekan perusahaan teknologi untuk memperketat verifikasi usia dan perlindungan data anak.


Empat Manfaat Utama

1. Melindungi Kesehatan Mental

Penelitian menunjukkan bahwa paparan berlebihan terhadap media sosial pada usia muda berkaitan erat dengan kecemasan, depresi, hingga gangguan tidur. Dengan membatasi akses, pemerintah berharap dapat mengurangi tekanan sosial dan paparan konten toksik yang sering membebani anak-anak.

2. Mencegah Perundungan Siber

Bullying kini tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di dunia maya. Dengan larangan ini, risiko anak menjadi korban atau pelaku perundungan digital dapat ditekan. Anak bisa lebih fokus pada interaksi langsung yang lebih sehat dan konstruktif.

3. Mengurangi Kecanduan Layar

Durasi penggunaan gawai pada anak meningkat drastis dalam satu dekade terakhir. Media sosial seringkali memicu perilaku adiktif melalui notifikasi dan infinite scroll. Regulasi baru memberi ruang bagi anak untuk membangun kebiasaan digital yang lebih seimbang.

4. Memberi Ruang Tumbuh yang Lebih Sehat

Tanpa distraksi media sosial, anak diharapkan memiliki lebih banyak waktu untuk bermain di luar ruangan, berinteraksi langsung dengan teman sebaya, dan mengembangkan keterampilan sosial nyata. Hal ini juga memberi orang tua kesempatan lebih besar untuk membimbing pola asuh tanpa kompetisi dengan layar digital.


Respons Publik dan Tantangan

Kebijakan ini memicu perdebatan. Banyak orang tua mendukung karena merasa terbantu dalam membatasi akses anak terhadap dunia digital yang tidak aman. Namun, sebagian lain menilai larangan total bisa kontraproduktif karena anak justru akan mencari jalan alternatif untuk mengakses media sosial secara diam-diam.

Platform teknologi juga menghadapi tantangan teknis dalam verifikasi usia. Tanpa sistem yang akurat, aturan ini sulit ditegakkan. Pemerintah Australia menegaskan akan bekerja sama dengan industri teknologi untuk memastikan implementasi berjalan efektif.


Implikasi Internasional

Larangan ini dipandang sebagai langkah berani yang berpotensi menjadi preseden global. Jika terbukti efektif, negara lain mungkin akan meniru pendekatan Australia. Bagi perusahaan media sosial besar seperti Meta, TikTok, dan X, kebijakan ini bisa menjadi tekanan tambahan untuk menyesuaikan kebijakan moderasi dan sistem verifikasi mereka.


Kesimpulan

Kebijakan Australia melarang anak di bawah umur menggunakan media sosial menegaskan urgensi isu kesehatan mental dan keamanan digital generasi muda. Dengan empat manfaat utama — melindungi kesehatan mental, mencegah perundungan siber, mengurangi kecanduan layar, dan memberi ruang tumbuh lebih sehat — langkah ini diharapkan menjadi tonggak dalam menciptakan lingkungan digital yang lebih aman.

Apakah kebijakan ini akan efektif atau menimbulkan tantangan baru, masih harus dilihat. Namun, satu hal jelas: dunia mulai semakin serius dalam menempatkan kepentingan anak di atas kepentingan platform digital.