Dinkes Tanah Bumbu Gencar Edukasi HIV/AIDS ke Siswa Sekolah: Target Usia 15-24 Tahun
Tanah Bumbu, 11 September 2025 — Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu kembali aktif menyelenggarakan rangkaian sosialisasi tentang pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di sekolah-sekolah. Sasaran utama program ini adalah siswa dan siswi jenjang SLTP hingga SLTA sederajat, dengan fokus usia antara 15 sampai 24 tahun.
Menurut Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM), Fatherlina, kegiatan ini dilaksanakan oleh Bidang P2P dari Dinkes, Puskesmas wilayah, dan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) setempat. “Kami mulai akhir Agustus dan direncanakan berjalan hingga pertengahan September 2025,” ujar Fatherlina saat dikonfirmasi.
Sebaran Sekolah & Siswa yang Terlibat
Program sosialisasi mencakup 19 sekolah di berbagai kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu:
- Kecamatan Satui: 4 sekolah
- Kecamatan Kusan Hilir: 3 sekolah
- Kecamatan Angsana: 3 sekolah
- Kecamatan Sungai Loban: 2 sekolah
- Kecamatan Batulicin: 2 sekolah
- Kecamatan Simpang Empat: 4 sekolah
- Kecamatan Karang Bintang: 1 sekolah
Hingga saat ini, jumlah siswa yang telah mengikuti sosialisasi mencapai sekitar 2.850 orang. Mayoritas siswa menunjukkan antusiasme tinggi selama sesi berlangsung, dengan banyak pertanyaan dan diskusi aktif.
Materi dan Metode Penyampaian
Fatherlina menjelaskan bahwa materi sosialisasi mencakup:
- Pengertian HIV/AIDS, bagaimana virus HIV ditularkan, dan bagaimana pencegahannya
- Cara menjaga diri dari risiko, termasuk pentingnya informasi yang benar
- Upaya penanggulangan melalui kerja sama antara sekolah, dinas kesehatan, dan Komisi Penanggulangan AIDS
Selama sosialisasi, tim dari Dinkes dan Puskesmas menggunakan pendekatan interaktif agar siswa tidak hanya mendengar, tapi juga memahami dan bisa bergerak berdiskusi. Untuk memicu minat siswa, diberikan souvenir oleh Tim KPA bagi yang aktif bertanya atau berpartisipasi.
Alasan Fokus Usia 15-24 Tahun
Pilihan usia 15-24 tahun bukan tanpa alasan. Fatherlina menyebut bahwa usia tersebut adalah kelompok rentan karena:
- Remaja dan pemuda sering berada dalam fase pengenalan diri, sosial, dan pergaulan yang lebih bebas sehingga risiko paparan meningkat jika tidak dibekali informasi yang tepat
- Kesalahpahaman atau kurangnya informasi sering terjadi di kelompok usia ini, termasuk mitos dan stigma tentang HIV/AIDS
Dengan edukasi di sekolah, diharapkan siswa dapat memahami sejak dini, sehingga bisa mengambil keputusan yang sehat dan bertanggung jawab terkait gaya hidup dan hubungan.
Tantangan & Hambatan di Lapangan
Meskipun kegiatan berjalan positif, beberapa tantangan juga muncul:
- Kerentanan terhadap stigma
HIV/AIDS masih dianggap tabu di banyak komunitas. Ada rasa takut dikucilkan jika terbukti terinfeksi atau bahkan hanya terlihat bertanya tentang HIV. - Pengetahuan yang belum merata
Meski sudah sosialisasi di banyak sekolah, beberapa siswa masih memiliki pemahaman yang sangat dangkal, masih berdasarkan mitos atau desas-desus. - Sumber daya terbatas
Materi edukasi dan tenaga pendamping di lapangan terkadang terbatas, terutama untuk sekolah di kecamatan terpencil. - Ketersediaan pelayanan kesehatan pendukung
Edukasi saja tidak cukup; siswa juga perlu tahu tempat atau fasilitas layanan kesehatan yang bisa mereka tempuh jika butuh konsultasi atau tes HIV.
Harapan dari Pihak Pemerintah dan Dinas Kesehatan
Fatherlina berharap bahwa setelah sosialisasi:
- Pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS meningkat — tidak hanya tahu bahwa HIV itu berbahaya, tetapi tahu bagaimana pencegahan konkret serta bagaimana menanggapi jika mengetahui seseorang yang terinfeksi dengan empati
- Sekolah-sekolah bisa memasukkan materi HIV/AIDS ke dalam kurikulum pendidikan kesehatan secara rutin
- Puskesmas dan unit layanan kesehatan di tanag Bumbu mampu menyediakan layanan konseling dan tes HIV sesuai kebutuhan siswa
“Harapannya, bukan hanya siswa mendengar satu kali, tapi terbentuk budaya pendidikan kesehatan yang berkelanjutan,” ujar Fatherlina.
Mengapa Edukasi HIV/AIDS Sekolah Sangat Penting?
Beberapa poin menguatkan urgensi:
- Dunia kesehatan sudah menetapkan bahwa pencegahan lebih utama dari pengobatan. Edukasi sejak remaja bisa mengurangi penularan baru di kemudian hari.
- Indonesia masih menghadapi tantangan dalam hal awareness (kesadaran), tes HIV yang tidak rutin di beberapa wilayah, dan stigma yang masih kuat.
- Edukasi di sekolah memberikan akses langsung ke kelompok usia yang berpotensi besar terkena dampak buruk jika HIV tidak dideteksi dini.
Kesimpulan
Program sosialisasi HIV/AIDS yang digencarkan Dinas Kesehatan Tanah Bumbu ini adalah langkah strategis dan sangat dibutuhkan. Dengan target siswa SLTP & SLTA, fokus usia 15-24 tahun, materi yang interaktif, dan partisipasi yang aktif, edukasi ini punya potensi nyata untuk mengubah pemahaman dan sikap di masyarakat muda.
Tantangannya tetap ada, terutama stigma, keterbatasan sumber daya, dan kebutuhan akan dukungan layanan kesehatan yang memadai. Namun, jika kegiatan seperti ini terus didukung — baik oleh pemerintah, sekolah, maupun masyarakat — maka penanggulangan HIV/AIDS akan lebih efektif dan menyasar akar permasalahan dari generasi muda.
